Potensi
pengembangan Kakao Provinsi Sulawesi Selatan ini diharapkan dapat mendukung
target pemerintah menjadi produsen kakao terbesar di dunia pada 2014 mendatang.
Produksi ini disertai dengan peningkatan nilai ekspor Rp. 91,10 miliar atau
meningkat 9,22 persen dari tahun sebelumnya pada kisaran Rp. 83,40 miliar. Untuk
sektor pengolahan kakao, Kabupaten Luwu telah ditetapkan sebagai pusat
pengembangan olahan kakao dengan skala UKM. Volume ekspor produk olahan kakao
Indonesia meningkat dari tahun 2010 sebesar 119.214 ton, naik pada tahun 2011
menjadi 195.471 ton dan pada tahun 2012 mencapai 215.791 ton. Nilai ekspor
kakao Sulsel hingga September 2013 meningkat signifilan dibanding periode sama
pada 2012, sebesar 33,47% atau USD171,14 juta. Produksi kakao tahun ini sebesar
695 kg per Ha atau meningkat 23,43% dibanding 2012. Kabupaten sentra produksi kakao di
Sulawesi Selatan meliputi Luwu Utara, Mamuju, Bone, Polmas, Luwu, dan Pinrang.
Khusus untuk Kabupaten Luwu, luas arealnya tercatat 24.591,3 hektar, produksi
24.458,6 ton per hektar per tahun, produktivitas 994,6 kilogram per hektar per
tahun, jumlah petani 19.423 kepala keluarga, dan rataan pemilikan sekitar 1,27
hektar per kepala keluarga
Sebagai
contoh pengembangan Kakao oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Reso
Pamasse awalnya berdiri pada tanggal 19 Maret 2006 di Dusun
Muhajirin, Desa Komba, Kecamatan Larompong, Kabupaten Luwu, Provinsi
Sulawesi Selatan. Merupakan gabungan dari 16 kelompok tani di Kecamatan
Larompong. Reso Pammase berasal dari Bahasa Bugis: yang artinya bekerja untuk
mendapatkan rejeki yang berkah. Usaha utama kelompok adalah produksi Kakao. Gabungan Kelompok Tani Reso Pammase yang dipimpin oleh H
Lacinding. Teknologi yang telah ditransfer kepada Gapoktan Kakao
meliputi (a) pemangkasan kakao, (b) cara pemupukan, (c) sanitasi kebun kakao,
(d) pengendalian hama PBK dengan metode sarungisasi, (d) pengendalian busuk
buah, (e) penggunaan herbisida kontak, (e) teknik konservasi, (f) pengendalian
kanker batang, (g) cara sambung samping dan sambung pucuk. Program
Rehabilitasi Gernas kakao di Kabupaten Luwu mencapai luas lahan sebanyak 1.630
hektar. Sebanyak 86 kelompok petani menerima program Gernas kakao 2013 yang tersebar
pada sekitar 16 kecamatan sekabupaten Luwu. Indonesia berpotensi untuk
menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang
dihadapi perkebunan kakao dibeberapa sentra produksi dapat diatasi dan
agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Komoditi kakao masih
sangat potensial untuk dikembangkan di Sulawesi Selatan, diharapkan akan
memberikan kontribusi peluang yang baik bagi perekonomian nasional. (Sumber: media terkait, Disbun, BPS, data diolah hero13)
No comments:
Post a Comment