Tuesday, April 7, 2015

Peluang Pemasaran Ekspor Kakao Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan



Potensi pengembangan Kakao Provinsi Sulawesi Selatan ini diharapkan dapat mendukung target pemerintah menjadi produsen kakao terbesar di dunia pada 2014 mendatang. Produksi ini disertai dengan peningkatan nilai ekspor Rp. 91,10 miliar atau meningkat 9,22 persen dari tahun sebelumnya pada kisaran Rp. 83,40 miliar. Untuk sektor pengolahan kakao, Kabupaten Luwu telah ditetapkan sebagai pusat pengembangan olahan kakao dengan skala UKM. Volume ekspor produk olahan kakao Indonesia meningkat dari tahun 2010 sebesar 119.214 ton, naik pada tahun 2011 menjadi 195.471 ton dan pada tahun 2012 mencapai 215.791 ton. Nilai ekspor kakao Sulsel hingga September 2013 meningkat signifilan dibanding periode sama pada 2012, sebesar 33,47% atau USD171,14 juta. Produksi kakao tahun ini sebesar 695 kg per Ha atau meningkat 23,43% dibanding 2012. Kabupaten sentra produksi kakao di Sulawesi Selatan meliputi Luwu Utara, Mamuju, Bone, Polmas, Luwu, dan Pinrang. Khusus untuk Kabupaten Luwu, luas arealnya tercatat 24.591,3 hektar, produksi 24.458,6 ton per hektar per tahun, produktivitas 994,6 kilogram per hektar per tahun, jumlah petani 19.423 kepala keluarga, dan rataan pemilikan sekitar 1,27 hektar per kepala keluarga
Sebagai contoh pengembangan Kakao oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Reso Pamasse awalnya berdiri pada tanggal 19 Maret 2006 di Dusun Muhajirin, Desa Komba, Kecamatan Larompong, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan. Merupakan gabungan dari 16 kelompok tani di Kecamatan Larompong. Reso Pammase berasal dari Bahasa Bugis: yang artinya bekerja untuk mendapatkan rejeki yang berkah. Usaha utama kelompok adalah produksi Kakao. Gabungan Kelompok Tani Reso Pammase yang dipimpin oleh H Lacinding. Teknologi yang telah ditransfer kepada Gapoktan Kakao meliputi (a) pemangkasan kakao, (b) cara pemupukan, (c) sanitasi kebun kakao, (d) pengendalian hama PBK dengan metode sarungisasi, (d) pengendalian busuk buah, (e) penggunaan herbisida kontak, (e) teknik konservasi, (f) pengendalian kanker batang, (g) cara sambung samping dan sambung pucuk. Program Rehabilitasi Gernas kakao di Kabupaten Luwu mencapai luas lahan sebanyak 1.630 hektar. Sebanyak 86 kelompok petani menerima program Gernas kakao 2013 yang tersebar pada sekitar 16 kecamatan sekabupaten Luwu. Indonesia berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dibeberapa sentra produksi dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Komoditi kakao masih sangat potensial untuk dikembangkan di Sulawesi Selatan, diharapkan akan memberikan kontribusi peluang yang baik bagi perekonomian nasional. (Sumber: media terkait, Disbun, BPS, data diolah hero13)

No comments: