Potensi Minyak atsiri Indonesia hamper sebanyak 85% kebutuhan
minyak atsiri dunia dipasok dari Indonesia. Dari 80 jenis minyak atsiri yang
diperdagangkan di pasar internasional, 40 jenis di antaranya dapat diproduksi
di Indonesia. Menurut data BPS, nilai ekspor
minyak atsiri Januari-Agustus 2011 mencapai Rp 3,4 triliun, atau meningkat
31,27% dari periode sama tahun 2010 yang sebesar Rp 2,6 triliun. Dalam
kesempatan ini peluang prospek bisnis tanaman berbasis biofarmaka masih
memiliki peluang yang cerah untuk memenuhi potensi pasar. Tahun 2012, realisasi
ekspor minyak atsiri hanya USD5,303 juta dengan volume sekira 182 ton atau
turun 22,28 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai USD6,823 juta dengan
volume 215 ton. Sebagai dasar bahan konsumsi obat-obatan untuk pasokan pabrik
obat/medicinal factory tentunya memerlukan jumlah untuk bahan baku yang cukup
sesuai dengan mutu dan standardisasinya. Untuk itu diperlukan penanganan yang
serius bagi petani ataupun pelaku usaha yang bergerak di bidang agrobisnis
biofarmaka. Kesempatan ini tentunya yang mendasari untuk menjadi peluang pelaku
usaha minyak atsiri didalam menentukan pasar produk tersebut. Tentunya dapat
dilakukan kemitraan dengan petani atau pelaku usaha pelaku usaha minyak atsiri
dengan kesepakatan yang jelas mengenai pasar, sehingga para petani dapat
mengetahui pangsa pasar yang jelas dan keadaaan situasi pasar. Dengan demikian
prospek dan peluang pasar domestik dan Internasional semakin terbuka lebar
apabila keiinginan yang ingin dicapai dari atsiri Indonesia ini lebih
diperhatikan sesuai dengan kebijakan dan strategi pasar yang mau berupaya
didalam pengembangannya. (Sources: berbagai media terkait, data diolah Frans
Hero K. Purba).
Produk olahan minyak atsiri Indonesia untuk minyak nilam 800 ton
per tahun, minyak kenanga 25 ton, akar wangi 30 ton, serai wangi 500 ton, pala
350 ton, sengkeh 2500 ton. Negara tujuan ekspor minyak atsiri Indonesia
meliputi Eropa, AS, Australia, Afrika, Kanada dan negara-negara ASEAN. Ekspor
produk minyak atsiri Indonesia selama ini masih dalam bentuk setengah jadi.
Pada tahun 2008 nilai ekspor minyak atsiri kasar sebesar US$ 100 juta sedangkan
untuk produk turunannya mencapai mencapai US$ 286,4 juta untuk produk parfum,
kosmetik, toiletries. Untuk ekspor produk turunan atsiri, Indonesia cukup
tinggi mencapai US$ 435,5 juta. Saat ini Indonesia memasok hingga 90% kebutuhan
minyak nilam (patchouli oil) dunia. Pelaku agrobisnis biofarmaka untuk lebih
berupaya lagi didalam mewujudkan potensi biofarmaka menjadi salah satu
penggerak pembangunan pertanian melalui mutu dan kontinuitas penyediaan bahan
baku. Sebagai contoh untuk harga ekspor minyak pala saat ini mencapai US$
60 per kg dari sebelumnya hanya US$ 26 – US$ 30 per kg. Kemudian minyak sereh juga naik dari US$ 4,5 per kg menjadi US$ 10. Sementara itu, jenis minyak atsiri lainnya yang laris adalah minyak nilam. Harganya sekarang US$ 40 per kg dari, harga melompat
dari sebelumnya yang berkisar sekitar US$ 22 per kg. Perkembangan produksi beberapa
jenis minyak atsiri sudah didominasi oleh China. Untuk minyak sereh misalnya, Indonesia hanya memproduksi sekitar 300 ton per tahun sedangkan China sudah meningkatkan produksinya mencapai 1.500 ton per tahun. Selain
China, produsen lain berasal dari wilayah kepulauan di Timur Afrika seperti Uganda, Madagaskar, dan Zanzibar. Minyak atsiri disebut juga etherial oil atau minyak eteris karena
bersifat sepeti eter. Dalam bahasa internasional biasa disebut essential oil
karena bersifat khas sebagai pemberi aroma/bau (esen). Untuk menjadi peluang pelaku usaha minyak atsiri didalam menentukan pasar
produk tersebut. Tentunya dapat dilakukan kemitraan dengan petani atau pelaku
usaha pelaku usaha minyak atsiri dengan kesepakatan yang jelas mengenai pasar,
sehingga para petani dapat mengetahui pangsa pasar yang jelas dan keadaaan
situasi pemasaran dan potensial usaha.
No comments:
Post a Comment