Wilayah di Indonesia sangat potential didalam budidaya pengolahan minyak atsiri. Dengan melihat trend peluang pasar dari Essential Oil (Minyak atsiri) untuk perdagangan internasional yang cenderung meningkat ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk melirik daerah-daerah yang potensial sebagai penghasil minyak atsiri. Usaha produksi minyak atsiri di Indonesia dalam bentuk industri skala kecil dan menengah yang berpotensi meningkatkan devisa bagi Indonesia. Dimana selama ini perkembangan minyak atsiri di Indonesia hanya berkisar antara pulau Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Jayapura belum memiliki sentra industri kecil penyulingan minyak atsiri. Untuk daerah NTT sudah masuk dalam pengembangan minyak atsiri jenis nilam.
Volume ekspor minyak atsiri per bulan selama 2002, misalnya, rata-rata mencapai 1.500 ton dengan jumlah devisa yang berhasil diraih sekitar US$ 4 juta. Pada Februari 2002, ekspor minyak nilam Sumut mencapai 3.650 ton dengan nilai US$ 8,20 juta yang ditujukan ke negara Spanyol, Perancis, Singapura ,AS dan Kanada. (Bisnis Indonesia, 2002). Perkembangan ekspor dunia Essential Oil pada tahun 2002 mencapai US$ 500,071 ribu (33,183 ton) dan nilai impor dunia mencapai US$ 564,620. Negara-negara pengimpor terbesar pada tahun 2002 adalah sebagai berikut: Dalam ribuan US$, USA (120,220), Perancis (87,573), Inggris (48,149), Swiss (36,237), Jerman (32,906), Spanyol (29,411). Sedangkan negara-negara pengekspor terbesar pada tahun 2002 sebagai berikut: Dalam US$, Perancis (93,842), China (50,517), Indonesia (47,940), USA (34,011), Inggris (24,346) dan Singapura (21,090). Berdasarkan data ITC/Comtrade Statistics Nilai ekspor Indonesia untuk komoditi Essential Oil (HS.330129) pada tahun 2000 mencapai US$ 36,799 ribu dan share Indonesia dalam total ekspor dunia mencapai 8%, dibawah Perancis (22%) dan China (10%). Nilai ekspor minyak atsiri dari Indonesia pada 2009 mencapai US$ 100 juta. Adapun volume ekspor minyak atsiri sekitar 2500 ton per tahun. Dalam perdagangan internasional terdapat 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan. Minyak atsiri yang diekspor Indonesia antara lain: Minyak Nilam (Patchouli Oil), Minyak Akar Wangi (Vetiver Oil),Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil), Minyak Kenanga (Cananga Oil), Minyak Kemukus (Cubeb Oil), Minyak Kayu Putih (Cajeput Oil), Minyak Sereh Dapur (Lemon Grass), Minyak Cengkeh (Cloves Oil), Minyak Cendana (Sandal wood Oil), Minyak Pala (Nutmeg Oil), Minyak Lada (Pepper Oil), Minyak Kayu Manis (Cinamon Oil). Ekspor komoditi minyak atsiri Indonesia ke pasaran Swiss untuk tahun 2009, meskipun dari segi volume mengalami peningkatan, namun akibat penurunan harga yang sangat signifikans, maka nilainya juga mengalami penurunan yang signifikans, dibandingkan dengan tahun 2008. Posisi Indonesia di peringkat 12, masih kalah dengan peringkat Thailand yang berada di posisi 10. Nilai ekspor minyak atsiri Thailand hampir dua kali lipat dibandingkan dengan nilai ekspor Indonesia. Dari segi volume, volume ekspor minyak atsiri Thailand juga hampir tiga kali lipat volume ekspor minyak atsiri Indonesia. Sedangkan dibandingkan dengan Singapura yang berada di posisi ke-15, meskipun dari segi nilai Indonesia masih unggul, namun dari segi volume Indonesia tertinggal dibandingkan Singapura. Ke depan diharapkan Indonesia masih dapat meningkatkan nilai dan volume ekspor minyak atsirinya ke pasaran Swiss.
Dengan terbukanya pasar global masih terbuka kesempatan didalam mengembangkan produksi minyak atsiri di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan dan permintaan pasar dunia untuk minyak atsiri dan penetapan harga serta kualitasnya. (Sumber: data diolah dan diperoleh dari berbagai sumber.data diolah F. Hero K. Purba)
Volume ekspor minyak atsiri per bulan selama 2002, misalnya, rata-rata mencapai 1.500 ton dengan jumlah devisa yang berhasil diraih sekitar US$ 4 juta. Pada Februari 2002, ekspor minyak nilam Sumut mencapai 3.650 ton dengan nilai US$ 8,20 juta yang ditujukan ke negara Spanyol, Perancis, Singapura ,AS dan Kanada. (Bisnis Indonesia, 2002). Perkembangan ekspor dunia Essential Oil pada tahun 2002 mencapai US$ 500,071 ribu (33,183 ton) dan nilai impor dunia mencapai US$ 564,620. Negara-negara pengimpor terbesar pada tahun 2002 adalah sebagai berikut: Dalam ribuan US$, USA (120,220), Perancis (87,573), Inggris (48,149), Swiss (36,237), Jerman (32,906), Spanyol (29,411). Sedangkan negara-negara pengekspor terbesar pada tahun 2002 sebagai berikut: Dalam US$, Perancis (93,842), China (50,517), Indonesia (47,940), USA (34,011), Inggris (24,346) dan Singapura (21,090). Berdasarkan data ITC/Comtrade Statistics Nilai ekspor Indonesia untuk komoditi Essential Oil (HS.330129) pada tahun 2000 mencapai US$ 36,799 ribu dan share Indonesia dalam total ekspor dunia mencapai 8%, dibawah Perancis (22%) dan China (10%). Nilai ekspor minyak atsiri dari Indonesia pada 2009 mencapai US$ 100 juta. Adapun volume ekspor minyak atsiri sekitar 2500 ton per tahun. Dalam perdagangan internasional terdapat 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan. Minyak atsiri yang diekspor Indonesia antara lain: Minyak Nilam (Patchouli Oil), Minyak Akar Wangi (Vetiver Oil),Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil), Minyak Kenanga (Cananga Oil), Minyak Kemukus (Cubeb Oil), Minyak Kayu Putih (Cajeput Oil), Minyak Sereh Dapur (Lemon Grass), Minyak Cengkeh (Cloves Oil), Minyak Cendana (Sandal wood Oil), Minyak Pala (Nutmeg Oil), Minyak Lada (Pepper Oil), Minyak Kayu Manis (Cinamon Oil). Ekspor komoditi minyak atsiri Indonesia ke pasaran Swiss untuk tahun 2009, meskipun dari segi volume mengalami peningkatan, namun akibat penurunan harga yang sangat signifikans, maka nilainya juga mengalami penurunan yang signifikans, dibandingkan dengan tahun 2008. Posisi Indonesia di peringkat 12, masih kalah dengan peringkat Thailand yang berada di posisi 10. Nilai ekspor minyak atsiri Thailand hampir dua kali lipat dibandingkan dengan nilai ekspor Indonesia. Dari segi volume, volume ekspor minyak atsiri Thailand juga hampir tiga kali lipat volume ekspor minyak atsiri Indonesia. Sedangkan dibandingkan dengan Singapura yang berada di posisi ke-15, meskipun dari segi nilai Indonesia masih unggul, namun dari segi volume Indonesia tertinggal dibandingkan Singapura. Ke depan diharapkan Indonesia masih dapat meningkatkan nilai dan volume ekspor minyak atsirinya ke pasaran Swiss.
Dengan terbukanya pasar global masih terbuka kesempatan didalam mengembangkan produksi minyak atsiri di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan dan permintaan pasar dunia untuk minyak atsiri dan penetapan harga serta kualitasnya. (Sumber: data diolah dan diperoleh dari berbagai sumber.data diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment