Monday, August 22, 2011

Arti dan Pentingnya Potensi Minyak Atsiri dan Pengembangan Pasar Ekspor


Pengembangan minyak atsiri dalam industri obat-obatan, parfum, kosmetika, pengolahan makanan/minuman, aromaterapi, dan lain-lain, menyebabkan kebutuhan akan minyak atsiri semakin besar, baik dari segi volume maupun jenisnya. Minyak atsiri mempunyai sifat anti bakteri, yang dapat digunakan dalam campuran pasta gigi, obat pencuci mulut dan dalam pembuatan obat tonik.

Di pasar Eropa, harga minyak jahe asal India sebesar US $ 105/kg, dan asal China US $ 42/kg. Padahal minyak jahe banyak digunakan sebagai komponen pewangi dalam produk-produk kosmetik termasuk sabun, detergen, krim, lotion dan parfum. Selain itu minyak jahe juga banyak digunakan dalam pembuatan minuman ringan, makanan beku dan permen. Minyak Atsiri merupakan minyak nabati yang diproses dari berbagai bagian tanaman seperti bunga, daun, biji, buah, batang, akar atau rimpang. Minyak atsiri bersifat mudah menguap pada suhu kamar karena titik uapnya rendah, tanpa mengalami dekomposisi, beraroma wangi, rasa getir dan larut dalam pelarut organik. Minyak atsiri adalah bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok untuk pengobatan alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.

Untuk potensi konsumsi jangka panjang di pasar yang sedang tumbuh secara keseluruhan akan melebihi tingkat konsumsi negara- negara industri. Dengan demikian prospek minyak Atsiri cukup bagus. Sebagian besar minyak Atsiri yang diproduksi penyuling Indonesia diekspor dengan pangsa pasar untuk nilam 64%, kenanga 67%, akar wangi 26%, sereh wangi 26%, pala 72%, cengkeh 63%, jahe 0,4% dan lada 0,9% dari ekspor dunia. Negara tujuan export adalah Amerika Serikat 23%, Inggris 19%, Singapura 18%, India 8%, Spanyol 8%, Perancis 6%, China 3%, Swiss 3%, Jepang 2%, dan negara-negara lain 8%. Sebagai contoh dari minyak nilam Indonesia ini ternyata menjadi andalan industri bahan pewangi dunia. Sayangnya produksi dan pasokan minyak nilam yang ada masih jauh dari established. Hal ini terlihat dengan fluktuasinya produksi dan harga yang sangat tinggi. Situasi ini diakui sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan bagi semua pihak.Permintaan peserta konferensi, Indonesia yang dianggap sebagai negara produsen minyak nilam diharapkan dapat segera berperan dalam mengendalikan fluktuasi tersebut. Meskipun Indonesia terkenal sebagai pemasok minyak Atsiri dunia, tapi kenyataannya ada sejumlah minyak Atsiri yang juga diimpor, padahal minyak Atsiri impor itu dapat diproduksi di sini. Contoh, antara lain mentol Mentha arvensis, minyak anis Clausena anisata, geranium, jeruk dan citronella. Amerika Serikat merupakan pasar utama minyak nilam dan minyak akar wangi dengan pangsa pasar sekitar 21,9 %. Dalam perdagangan dunia, industri minyak atsiri nilam dan akar wangi menghadapi persaingan yang ketat dari negara-negara seperti China, India dan Haiti. Yang menjadi permasalahan utama dalam pengembangan minyak atsiri di Indonesia adalah mutu yang rendah dan harga yang juga rendah serta berfluktuasi. Pemanfaatan teknologi untuk menghasilkan produk turunan yang bernilai tinggi, dan harmonisasi antarpelaku usaha diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada. Sebagai salah satu pusat megabiodiversiri, Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia. Dari jumlah tersebut, 13 jenis telah memasuki pasar atsiri dunia, yaitu nilam, serai wangi, cengkih, jahe, pala, lada, kayu manis, cendana, melati, akar wangi, kenanga, kayu putih, dan kemukus.

Sebagian besar dari minyak atsiri yang diproduksi petani diekspor dengan pangsa pasar untuk nilam 64%, kenanga 67%, akar wangi 26%, serai wangi 12%, pala 72%, cengkih 63%, jahe 0,4%, dan lada 0,9% dari ekspor dunia. Negara tujuan ekspor minyak atsiri Indonesia antara lain adalah Amerika Serikat (23%), Inggris (19%), Singapura (18%), India (8%), Spanyol (8%), Perancis (6%), Cina (3%), Swiss (3%), Jepang (2%), dan negara-negara lainnya (8%). (Berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba)

Potential of Essential Oils and Export Market Development

Essential oil industry development in pharmaceuticals, perfumes, cosmetics, food processing / drinks, aromatherapy, and others, led to the need for greater essential oil, both in terms of volume and type. Essential oils have antibacterial properties, which can be used in a mixture of toothpaste, mouthwashes and medicines in the manufacture of medicinal tonic.
In European markets, oil prices ginger from India amounted to U.S. $ 105/kg, and from China U.S. $ 42/kg. Though ginger oil is widely used as a fragrance component in cosmetic products including soaps, detergents, creams, lotions and perfumes. In addition ginger oil is also widely used in the manufacture of soft drinks, frozen foods and candies. Essential oils are highly processed vegetable oils from various parts of plants such as flowers, leaves, seeds, fruits, stems, roots or rhizomes. Essential oils are volatile at room temperature because of low vapor point, without undergoing decomposition, fragrant flavorful, tart taste and soluble in organic solvents. Essential oils are the basic ingredients of perfume or ointment for a natural treatment. In the trade, refined oils are known as fragrance oil seeds.
For potential long-term consumption in emerging markets as a whole will exceed the level of consumption of industrialized countries. Thus the prospect of Essential oil is pretty good. Most essential oils are produced by refiners Indonesia exported to patchouli with a market share of 64%, 67% ylang, vetiver 26%, 26% fragrant lemongrass, nutmeg 72%, 63% clove, ginger and pepper 0.4% 0.9% of world exports. Export destination countries are the United States 23%, UK 19%, Singapore 18%, India 8%, Spain 8%, France 6%, Chinese 3%, Switzerland 3%, Japan 2%, and other countries 8%. As an example of Indonesian patchouli oil turned out to be a mainstay of the world's fragrance materials industry. Unfortunately the production and supply of patchouli oil is still far from established. This can be seen with the fluctuation of production and the price is very high. This situation is recognized as something that is not beneficial to all conference participants pihak.Permintaan, Indonesia is regarded as patchouli oil producing countries are expected to soon play a role in controlling these fluctuations. Although Indonesia is known as supplier of essential oils of the world, but in reality there are a number of essential oils are also imported, though imports of essential oils that can be produced here. Examples include menthol Mentha arvensis, Clausena anisata anise oil, geranium, orange and citronella. United States is the main market and oil vetiver patchouli oil with a market share of about 21.9%. In world trade, oil industry Patchouli and vetiver face stiff competition from countries like China, India and Haiti. The main problem in the development of essential oil in Indonesia is low quality and the price is too low and fluctuating. Utilization of technology to produce high-value derivative products, and harmonization of business expected to overcome the existing problems. As one of the central mega biodiversities, Indonesia produces 40 kinds of essential oils from 80 species that are traded in world markets. Of these, 13 species have entered the volatile world markets, namely patchouli, fragrant lemongrass, cloves, ginger, nutmeg, pepper, cinnamon, sandalwood, jasmine, vetiver, ylang, eucalyptus, and cubeb.
Most of the essential oil produced is exported to the farmer's market share to 64% of patchouli, ylang 67%, 26% fragrant root, lemongrass fragrance 12%, 72% nutmeg, cloves 63%, 0.4% ginger, and pepper 0.9 % of world exports. Volatile oil export destination for Indonesia, among others, the United States (23%), Britain (19%), Singapore (18%), India (8%), Spain (8%), France (6%), China (3% ), Switzerland (3%), Japan (2%), and other countries (8%).

No comments: