Thursday, August 18, 2011

Strategi Peluang Pasar Ekspor untuk Pasar Asia Tengah dan Selatan bagi Indonesia


Secara umum, perekonomian seluruh negara Asia Tengah tumbuh rata-rata 8% pada 2006. Ini cukup fantastis dan menunjukkan arah yang tepat dari seluruh proses reformasi perekonomian kelima negara tersebut. Dengan total GDP US$ 100 milyar dan jumlah penduduk sekitar 90 juta orang, pasar Asia Tengah menjanjikan potensi keuntungan yang besar bagi pebisnis. Pengembangan dan eksplorasi ekspansi peluang pasar ekspor untuk pasar Asia Tengah dan Selatan merupakan suatu jalur pasar yang sangat strategis untuk peluang ekspor produk agribisnis Indonesia. Diversifikasi Pasar untuk negara Asia Selatan dan Tengah kurangnya mendapatkan perhatian dari eksportir asal Indonesia. Jika melihat kemungkinan dan peluang potensi pasar yang ada padahal secara segmentasi dan target penjualan, sangat berpeluang besar, terutama untuk produk-produk Pertanian. Kawasan tersebut juga mulai bebenah untuk saling mengintegrasikan diri demi memperlancar arus komunikasi dan transportasi. Terlihat dari semakin banyaknya infrastruktur berupa jalan, rel kereta, dan jembatan. Jalur penerbangan juga dibuka untuk saling menghubungkan kelima negara dan dengan negara bekas jajahan Uni Sovyet lain.

Hubungan kerjasama Indonesia dengan negara-negara Asia Selatan dan Tengah melalui penguatan kerangka hukum dalam pelaksanaan hubungan bilateral dan perkembangan kerjasama disegala bidang baik bidang pertanian ekonomi, perdagangan, politik dan keamanan, dan social budaya. Langkah prioritas ditempuh melalui pembentukan Forum Konsultasi Bilateral dan Sidang Komisi Bersama, persetujuan-persetujuan (MoU atau Agreement) dan kegiatan sosialisasi, seminar, program pelatihan, forum bisnis/ pameran, saling kunjung pejabat dan pimpinan masyarakat. Dimana pola eksportir Indonesia masih menggantungkan pada pasar di Amerika Tengah, Selatan, dan Eropa. Kecendetungan ini tentunya melihat peluang pada negara-negara kawasan Asia Tengah yakni: Uzbekistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan. Kawasan tersebut merupakan bagian dari kerajaan Rusia dan Cina sampai menjelang abad 20. Selanjutnya negara-negara Asia Tengah yang meliputi Kyrgyzstan, Kazakhstan, Turkmenistan, Tajikistan, Uzbekistan, serta 10 negara sekitarnya sempat menjadi negara bagian dari Uni Sovyet selama lebih dari 70 tahun. Ketika Glasnost dan Perestroika berhembus dan mengakibatkan jatuhnya Sovyet pada awal 1990an, negara-negara bagian tersebut satu demi satu memerdekakan diri. Untuk membangun kerjasama dan diversifikasi pasar ekspor Uzbekistan merupakan negara Asia Tengah yang telah memiliki sarana dan prasaranalebih baik dapat menjadi pintu gerbang masuknya produk kita ke wilayah lainnya. Strategi pengembangan pasar ekspor untuk memasuki pasar di sana perlu disesuaikan dengan karakteristik setiiap negara dikawasan Asia Tengah. Berdasarkan data nilai perdagangan RI-Uzbekistan selama tahun 2006 tercatat senilai US$ 10,257 juta dengan angka minus untuk Indonesia sebesar US$ 8,175 juta Impor Indonesia pada tahun itu mencapai US$ 9,357 juta, sementara itu ekspor hanya senilai US$ 1,181 juta. Untuk 2007 nilai perdagangan. Indonesia dengan Uzbekistan meningkat menjadi US$ 245 juta. Impor kita sekitar US$ 22,5 juta sementara ekspor hanya US$ 1,5 juta, dimana impor kita terbesar itu adalah kapas serta minyak dan gas. Untuk komoditas Indonesia seperti teh, kopi, karet dan produk bahan kimia sudah memasuki pasar Uzbekistan.Sementara itu untuk peluang kerjasama dengan negara Asia Selatan seperti India, Pakistan, Sri Lanka, Iran, Azerbaizan dan Bangladesh merupakan pasar negara yang sedang berkembang sangat potensial untuk Indonesia terutama untuk produk pertanian, farmasi, kesehatan dan sebagainya.

Kesempatan dan peluang strategi di Pasar Asia Tengah ini merupakan suatu peluang bagi Indonesia untuk ekspansi pasar bagi berbagai komoditi. Jadi pada intinya untuk ekspansi pasar Asia Tengah perlu menerapkan komponen strategy dilakukan eksplorasi pasar dengan melakukan segmentasi, targeting dan positioning. Selanjutnya taktik terdiri dari tiga komponen yaitu diferensiasi, marketing-mix dan selling. Pada bagian value terdiri dari brand yang harus dibangun oleh perusahaan sebagai value indikator dan harus ditingkatkan secara kontinyu melalui elemen service, dan didukung oleh proses (process) yang berperan sebagai value enabler. Selanjutnya arsitektur bisnis yang didesain untuk Pasar Asia Tengah tentunya berbeda dengan strategi pasar negara lain. (Sources Berbagai sumber terkait, wikipedia, KBRI Tashkent, Kementerian Luar Negeri, sumber terkait, data diolah Frans Hero K. Purba)

No comments: