Kopi Indonesia memiliki cita rasa khas yang tidak dimiliki oleh negara lain, meskipun volume ekspor kopi Indonesia berada di urutan ke-4 setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia, masih banyak peluang untuk meningkatkannya, karena tidak ada negara yang memiliki varian produk unggulan sebanyak negeri ini. Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor kopi naik 27,9% dari US$ 113,2 juta menjadi US$ 282,2 juta pada kuartal I 2011 dibanding periode yang sama di 2010.Semua berawal pada tahun 1696, ketika untuk kali pertama kopi berjenis Arabika. Salah satu propinsi di Indonesia yakni, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Khususnya Kabupaten Ngada dan dan Kab. Manggarai dan Manggarai Timur memiliki potensi wilayah yang besar dalam pengembangan agribisnis dan ketahanan pangan terutama untuk komoditi tanaman perkebunan. Kabupaten Ngada dan Kab. Manggarai serta Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur yang terdapat di Kepulauan Flores merupakan salah satu daerah yang dikunjungi pada kesempatan ini dimana Komoditi unggulan seperti Kopi Bajawa Flores dan Manggarai merupakan Kopi Specialty Indonesia serta pelaku usaha kopi yang ingin bermitra dengan pelaku usaha agribisnis kopi Indonesia khususnya dalam menjalin pengembangan pangsa ekspor Indonesia ke wilayah Asia, Eropa dan Amerika. Unit Usaha Kopi pengolahan Hasil (UPH) di Bajawa, Kab. Ngada telah menunjukkan hasil yang signifikan dari binaan UPH oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Kabupaten Ngada. Pada tanggal 13 Juli 2009 yang lalu Direktur Coffee Amerika Serikat, Nicholous Fullmer dengan eksportir asal Indonesia PT. Indokom Citra Persada, melakukan kemitraan dalam pengembangan pangsa pasar ekspor kopi Bajawa Flores ke Amerika.
Pada kesempatan ini perlu dilakukan dan pembentukan suatu Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis untuk memproteksi dan mempromosikan suatu hak paten dari wilayah tertentu. Pata tanggal 26 Mei 2009 yang lalu telah dirancang dalam pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Kabupaten Ngada dari 12 UPH Kopi Arabica. Adapun beberapa UPH aktif yang merupaka unggulan untuk pengembangan Kopi Arabica Bajawa Flores: UPH Wongo Wali, UPH Lobo Wutu di Wawohae, UPH Famasa di Beiwali, UPH Papataki di Langa, UPH Sukamaju di Ubedomulo. Untuk areal Kopi Arabica di Bajawa dengan luas kurang lebih 6000 Ha. Tahun 2009 yang lalu sebanyak 50 Ton Arabica Bajawa Flores di kirim ke Amerika. Dan 12 Unit UPH ini memproduksi 150 ton/ tahun. Arabica Bajawa Higland original dari Flores pada tahun 2008 dengan harga ekspor kopi yakni Rp. 26.600,/kg. Harga ekspor tersebut dihitung biaya antara lain:
1. Harga Gelondongan
2. Biaya Operasional
3. Tenaga Kerja
4. Bunga Bank
5. Surat Ketereangan Asal Barang (SKAB)
6. Penguatan Kelompok.
Untuk Kabupaten Manggarai, UPH Pocoranaka merupakan UPH percontohan demikian juga UPH Wela Waso, Kelurahan Waso, Kec. Langke Lembong dan UPH Kopi Lo’o poco, desa Cumbi, Kec. Ruteng, Kabupaten Manggarai, dengan luas Hektaran kurang lebih 12.000 Ha. Untuk daerah Kabupaten Manggarai Produksi per tahun 486 Ton dari UPH Lleda, P. Ranaka, Borong, K.Komba, Elar, S. Rampas.Dalam hal ini Indikasi Geografis akan membantu Kelompok Tani, Pelaku Usaha adalah nama suatu daerah atau kekhasan lokal tertentu, dan mencirikan suatu produk yang dihasilkan dari daerah tersebut atau kekhasan lokal tertentu.Dengan adanya IG dapat memberikan nilai tambah dan memberikan perlindungan terhadap hal-hal yang telah diadopsi oleh para produsen dalam hal persyaratan yang diperlukan dan pendekatan yang telah ditentukan. Mereka dapat memberikan informasi yang lebih rinci kepada para konsumen mengenai hal ihwal asal dan mutu produk (tempat, proses, pelaksanaan verifikasi, dll). Untuk pasar global sekarang ini peran perlindungan Indikasi Geografis (IG) dirasa begitu penting, dimana masyarakat produser lokal membutuhkan perlindungan hukum terhadap nama asal produk agar tidak dipergunakan oleh pihak lain untuk melakukan persaingan curang, selain itu Indikasi Geografis memegang peranan penting dalam memberikan daya tarik kepada para konsumen nasional maupun Internasional. Mereka menjamin bahwa produk dapat dirunut asal muasalnya (traceability). Kegiatan pengembangan industri kopi dengan latar indikasi geografis sangat bermanfaat bagi kelompok tani di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Manggarai untuk mempatenkan produk suatu daerah yang nantinya juga sangat bermanfaat dalam suatu brand image suatu daerah. Petani masih membutuhkan bantuan untuk mesin pengolahan kopi dan bantuan penguatan modal. Petani juga perlu informasi untuk harga pasaran kopi domestik dan luar negeri tentunya untuk menjaga kestabilan harga dipasaran serta juga untuk lebih meningkatkan mutu kopi olahan yang dihasilkan. Salah satu perusahan lokal yakni PT. Indokom Citra Persada memberikan suatu langkah sukses dalam pengembangan pasar ekspor produksi Kopi Arabica Bajawa Flores. Diharapkan juga kopi daerah ini dapat dikembangkan terus dengan kerjasama diberbagai pihak didalam pengembangannya. Dan dianjurkan kerjasama instasi setempat terus membina petani / kelompok tani tersebut dimasa-masa yang akan datang dan memanfaatkan semaksimal mungkin demi kesejahteraan petani kopi. (Berbagai sumber terkait, data didaerah Kab. Ngada, data diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment