Strategi peluang pasar dan kerjasama Indonesia-India merupakan suatu perkembangan ekonomi dan perdagangan sepertinya banyak mengalami pasang surut. Sejak dahulu, perkembangan budaya India sangat mendominasi dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di beberapa wilayah tanah air. Hal ini sekaligus mempengaruhi hubungan dan perkembangan ekonomi serta perdagangan kedua negara. Pertumbuhan ekonomi India yang begitu pesat dan semakin meningkatnya pendapatan per kapita penduduknya menyebabkan munculnya kelas menengah baru yang diperkirakan mencapai angka di atas 300 juta penduduk. Hal ini diikuti dengan pola konsumsi masyarakat India yang meningkat pula. Hal ini tentu saja menjadi peluang potensi pasar yang sangat besar bagi produk-produk Indonesia. Pengusaha ekspor Indonesia selama ini masih terpaku pada pasar-pasar tradisionalnya seperti China, Jepang dan Eropa namun terlihat masih kurang memperhatikan pasar besar di tetangganya yaitu India. Saat ini pemain-pemain besar dunia sudah melirik pasar India yang sangat massif ini. Merupakan sebuah kerugian bila para pengusaha Indonesia tidak dapat memanfaatkan peluang ini. Apalagi sebenarnya India dan Indonesia sudah mempunyai modal dasar berupa kedekatan budaya yang sangat erat hasil interaksi selama berabad-abad.
Usaha sudah dilakukan pemerintah untuk mengembangkan lebih jauh lagi hubungan kerjasama ekonomi Indonesia – India. Hubungan tersebut memasuki babak baru ditandai setelah pada bulan November 2005 Presiden RI, Soesilo Bambang Yudhoyono mengadakan kunjungan kenegaraan ke India dan menandatangani Kesepakatan “New Strategic Partnership” serta menyaksikan penandatanganan tiga MoU kerjasama bilateral termasuk pembentukan Joint Study Group untuk sebuah Comprehensive Economic Cooperation Agreement (CECA) atau FTA antara Indonesia – India.
Perkembangan ekonomi dan peluang-peluang pasar di India dapat menjadi alternatif para pengusaha Indonesia yang ingin mengembangkan pasarnya daripada hanya terpaku pada pasar-pasar tradisional yang sudah mulai sesak dengan pesaing. Sejauh ini minat pengusaha Indonesia juga dirasakan masih belum cukup dalam menggarap potensi pasar India, meskipun banyak pengusaha India yang sangat berminat berinvestasi di Indonesia. Perwakilan telah memikirkan dibentuknya sebuah promotion center yang berfungsi sebagai pusat promosi Indonesia di India. Sebagai sebuah pasar yang besar dan dinamis India belum banyak tergarap oleh pengusaha-pengusaha Indonesia meskipun sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan. Sebagai contoh, barang-barang hasil kerajinan Indonesia seharusnya dapat melakukan penetrasi pasar lebih jauh daripada yang ada sekarang. Meskipun India juga dikenal dengan kerajinannya, namun barang-barang kerajinan Indonesia dapat menjadi komplementer daripada subsitusi. Barang-barang kerajinan Indonesia dikenal mempunyai mutu yang lebih baik daripada barang-barang kerajinan India. Selain itu saat ini India sedang gencar membangun infrastrukturnya. Banyak pengembang Indonesia yang dikenal cukup kompeten untuk proyek pembangunan infrastruktur yang dapat masuk ke India.
Beberapa pelaku Usaha Indonesia telah pula mulai memasuki pasar India dan memanfaatkan peluang ini. Beberapa Pengusaha besar Indonesia yang dapat disebutkan antara lain grup Salim dan grup Ciputra yang saat ini sedang berkecimpung di bidang infrastruktur membangun sebuah kota industri baru lengkap dengan pabrik kimia dan pelabuhan laut dalamnya di Negara Bagian West-Bengal.Situasi perekonomian India saat ini sudah jauh lebih terbuka dibandingkan sepuluh tahun yang lalu dengan indikasi kontribusi perdagangan Internasional terhadap GDP India mencapai 25% pada tahun 2007. Untuk bidang investasi, di India seluruh bidang usaha kecuali lima bidang (alkohol, tembakau, bahan peledak, produk pertahanan dan bahan kimia berbahaya) telah terbuka 100 persen untuk investasi yang berarti calon investor yang datang ke India tidak akan direpotkan masalah perizinan dan akan diperlakukan sama dengan perusahaan lokal India. Negara-negara lain termasuk negara-negara tetangga Indonesia telah menyadari potensi India yang begitu besar dan telah mengambil langkah-langkah agresif dalam memasuki pasar India. Indonesia dalam hal ini masih dibelakang negara-negara tersebut. Sebagai contoh, Malaysia telah membentuk tourism board di India, yang berhasil menjadikan Malaysia menjadi salah satu tujuan utama turis-turis India saat ini. Untuk Ekspor Indonesia ke India masih banyak didominasi oleh komoditas hasil alam dan pertanian seperti batu bara, minyak sawit (CPO), rempah-rempah serta peralatan rumah tangga (house hold equipment) ataupun hasil kerajinan, termasuk ekspor tekstil dan produk tekstil.
Potensi dan peluang pasar dan investasi India yang sangat besar telah diakui dunia dan berbagai negara berlomba-lomba untuk memasuki pasar yang sangat menggiurkan ini. Berbagai kalangan terkait di Indonesia seharusnya juga menyadari hal tersebut dan masuk ke pasar India. Produk-produk yang berasal dari Indonesia dikenal mempunyai kualitas yang cukup baik bahkan tidak kalah dibanding dengan produk-produk lokal maupun produk-produk asing lain yang masuk ke India. Hal ini harus selalu dimanfaatkan dan dikembangkan.
Pemerintah telah mengambil langkah awal dengan menandatangani pernyataan new strategic partnership Indonesia-India yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Manmohan Singh tanggal 23 November 2005 di New Delhi, India dengan demikian pada tataran pemerintahan kedua negara telah mempunyai komitment kuat untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan bilateral lainnya antara kedua negara. Hal ini harus dimanfaatkan oleh para pengusaha dan investor dari Indonesia. Kesempatan untuk itu sudah terbuka tinggal bagaimana kita menggunakannya. Berbagai perusahaan Indonesia yang telah berhasil berinvestasi maupun melakukan deal bisnis skala besar di India merupakan testimoni mengenai betapa pentingnya negara ini pada saat ini maupun masa mendatang. Berdasarkan data ekspor dan peluang pasar, bahwa India merupakan negara yang potensial bagi Indonesia untuk melakukan peluang ekspor dari berbagai komoditi dari Indonesia. (Sources: KBRI New Delhi, Berbagai sources Material, data diolah Frans Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment