Secara umum minyak atsiri, kita dapat dikatakan bahwa importir yang memberikan nilai tambah (purifying, blending, further refining) pada produk yang dibelinya akan mendapatkan keuntungan jauh lebih besar pada saat mereka menjual kembali produknya kepada end-product manufacturers. Wilayah di Indonesia sangat potential didalam budidaya pengolahan minyak atsiri. Dengan melihat trend peluang pasar dari Essential Oil (Minyak atsiri) untuk perdagangan internasional yang cenderung meningkat ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk melirik daerah-daerah yang potensial sebagai penghasil minyak atsiri. Usaha produksi minyak atsiri di Indonesia dalam bentuk industri skala kecil dan menengah yang berpotensi meningkatkan devisa bagi Indonesia. Minyak atsiri dari kelompok tanaman tahunan perkebunan antara lain berasal dari cengkeh, pala, lada, kayu manis, sementara yang berasal dari kelompok tanaman semusim perkebunan berasal dari tanaman nilam, sereh wangi, akar wangi dan jahe. Hingga kini minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam memiliki pangsa pasar ekspor paling besar peranannya dalam perdagangan Indonesia. Dimana selama ini perkembangan minyak atsiri di Indonesia hanya berkisar antara pulau Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Jayapura belum memiliki sentra industri kecil penyulingan minyak atsiri. Untuk daerah Nusa Tenggara Timur sudah masuk dalam pengembangan minyak atsiri jenis nilam.
Untuk volume ekspor minyak atsiri per bulan selama 2006, misalnya, rata-rata mencapai 1.500 ton dengan jumlah devisa yang berhasil diraih sekitar US$ 4 juta. Pada Februari 2006, ekspor minyak nilam Sumatera Utara mencapai 3.650 ton dengan nilai US$ 8,20 juta yang ditujukan ke negara Spanyol, Perancis, Singapura , AS dan Kanada. Sebagai contoh bahwa Ekspor Minyak Atsiri (HS 33) Indonesia ke pasaran Swiss tahun 2009 berjumlah sebesar CHF 11,908,676 (Rp 99.83 milyar), dengan volume sebesar 328,456kg. (Kurs BII pada 30 April 2010, 1CHF= Rp. 8,383).Perkembangan ekspor dunia Essential Oil pada tahun 2008 mencapai US$ 500,071 ribu (33,183 ton) dan nilai impor dunia mencapai US$ 564,620. Negara-negara pengimpor terbesar pada tahun 2008 adalah sebagai berikut: Dalam ribuan US$, USA (120,220), Perancis (87,573), Inggris (48,149), Swiss (36,237), Jerman (32,906), Spanyol (29,411). Sedangkan negara-negara pengekspor terbesar pada tahun 2002 sebagai berikut: Dalam US$, Perancis (93,842), China (50,517), Indonesia (47,940), USA (34,011), Inggris (24,346) dan Singapura (21,090). Berdasarkan data ITC/Comtrade Statistics Nilai ekspor Indonesia untuk komoditi Essential Oil (HS.330129) pada tahun 2000 mencapai US$ 36,799 ribu dan share Indonesia dalam total ekspor dunia mencapai 8%, dibawah Perancis (22%) dan China (10%). Dalam perdagangan internasional terdapat 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan. Minyak atsiri yang diekspor Indonesia antara lain: Minyak Nilam (Patchouli Oil), Minyak Akar Wangi (Vetiver Oil), Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil), Minyak Kenanga (Cananga Oil), Minyak Kemukus (Cubeb Oil), Minyak Kayu Putih (Cajeput Oil), Minyak Sereh Dapur (Lemon Grass), Minyak Cengkeh (Cloves Oil), Minyak Cendana (Sandal wood Oil), Minyak Pala (Nutmeg Oil), Minyak Lada (Pepper Oil), Minyak Kayu Manis (Cinamon Oil). Dengan terbukanya pasar global masih terbuka kesempatan didalam mengembangkan produksi minyak atsiri di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan dan permintaan pasar dunia untuk minyak atsiri dan penetapan harga serta kualitasnya. (Berbagai sumber Media Terkait, data diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment