Friday, January 6, 2012

Analisis Daya Saing Biji Coklat Indonesia dalam Perdagangan Internasional


Kakao sebagai komoditi unggulan perkebunan, sumber devisa negara dan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan agroindustri. Untuk volume produksi Kakao pada 2010 ada sedikit kenaikan setelah adanya program peningkatan produksi dan mutu. Produksi kakao Indonesia telah mengalami peningkatan sangat besar sehingga mampu menyalip Ghana. Produksi kakao kering Indonesia sebanyak 800.000 ton setahun. Adapun Pantai Gading masih bertahan di urutan pertama dengan produksi 1,1 juta hingga 1,2 juta ton. Dengan situasi politik Pantai Gading sekarang kurang kondusif, maka pemilik industri kakao dunia mulai melirik negara lain, termasuk Indonesia. Ini harus ditangkap sebagai peluang untuk pengembangan pasar dan peningkatan produksi kakao nasional. Permintaan kakao dunia akan terus meningkat, sementara persediaan tidak beranjak naik. Kini banyak petani yang berswadaya memperluas areal tanaman kakao karena prospek ke depan sangat baik.

Untuk daerah penghasil kakao terbanyak di Indonesia hanya ada di empat provinsi, yakni Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah yang menguasai 70 persen produksi Produksi kakao Indonesia berpengaruh karena bila produksi dalam negeri berlebih maka kelebihan ini dapat ditawarkan ke negara lain melalui kegiatan ekspor. Naik-turunnya jumlah konsumsi kakao domestik diduga berpengaruh terhadap jumlah penawaran ekspor kakao Indonesia. Harga kakao internasional dan harga kakao domestik digunakan dalam penelitian ini, karena dalam hukum penawaran maupun permintaan, harga dapat mempengaruhi jumlah penawaran dan permintaan. Jumlah ekspor kakao pada tahun sebelumnya digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi, karena naik turunnya jumlah ekspor kakao pada saat ini dapat diperkirakan oleh jumlah ekspor kakao pada tahun sebelumnya. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika merupakan faktor pendukung yang memungkinkan terjadinya perdagangan Internasional.

Kakao Indonesia dari segi kualitas, tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao yang berasal dari Ghana, dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka. Meskipun demikian, agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao. Untuk harga biji kakao dunia sekira USD2.700-USD3.000 per ton, sedangkan harga bubuk kakao USD4.200 per ton. Tantangan ke depan itu lebih ke soal cuaca. Kemungkinan akan mempengaruhi produksi. (Berbagai Sumber Media terkait, data diolah F. Hero K. Purba)

No comments: