Wednesday, January 11, 2012

Persaingan Pangsa Ekspor dan Peluang Teh Indonesia pada Perdagangan Internasional


Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Teh sebagai komoditas penyumbang devisa mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi negara. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5 negara eksportir teh dunia, kini tergusur ke ranking ke-7 dunia. Turki dan Vietnam berhasil naik kelas ke posisi ke-5 dan ke-6 dunia dalam hal penguasaan pangsa pasar teh internasional. Sementara peringkat pertama masih diduduki oleh China, disusul oleh India, Kenya dan Sri Lanka. Salah satu contoh beberapa penyebab banjirnya teh Vietnam di Indonesia yaitu di antaranya tarif impor teh di Indonesia yang relatif rendah dibandingkan negara lainnya yaitu hanya lima persen sementara negara lainnya seperti India mencapai 114 persen.

Berdasarkan data BPS, bahwa impor teh sudah mencapai 12.000 ton pada 2010. Namun, impor teh Indonesia pada tahun lalu mencapai 20.000 ton. Teh Vietnam membanjiri Indonesia. Salah satu penyebab membanjirnya teh impor itu, katanya, karena bea masuk diturunkan dari 5% menjadi 0% mulai 2010.Padahal, beberapa negara seperti Srilangka masih mengenakan bea masuk teh sebesar 25%, India 114%, China 114%, dan Turki mengenakan tarif bea masuk sebesar 145%. Produksi teh Indonesia sudah disalip oleh Turki dan Vietnam. Dia mengakui saat ini sudah tidak populer lagi untuk membahas soal tarif bea masuk, karena keputusan penurunan bea masuk 0% sudah menjadi keputusan bersama yang sulit dirubah.

Dengan melihat kondisi ekspor yang stabil tidak diikuti oleh pemasaran di dalam negeri, akibat membanjirnya produk teh impor. Untuk itu, pemerintah dapat memperketat hambatan nontarif untuk membendung impor melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), sertifikat halal, persyaratan mendapatkan persetujuan Dewan Teh Indonesia. Dia mencontohkan Vietnam dan negara produsen teh lainnya memberlakukan persyaratan importir harus mendapatkan perizinan dari dewan teh negara setempat. Produksi teh Indonesia cenderung mengalami penurunan. Rendahnya produktivitas teh di dalam negeri, kata dia, disebabkan sekitar 50% perkebunan merupakan peninggalan Belanda. Luas perkebunan teh di dalam negeri saat ini sekitar 127.441 ha dengan rincian perkebunan rakyat 44%, PT Perkebunan Nusantara 31%, dan perkebunan swasta 25%. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor teh Indonesia, diperlukan upaya untuk meningkatkan komposisi produk teh melalui peningkatan ekspor teh Indonesia dalam bentuk produk-produk hilir dan teh hijau curah. Selain itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan pengaruh distribusi pasar. (Berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero K Purba)

No comments: