Thursday, August 12, 2010

Strategi Revitalisasi Pengembangan Pertanian Taiwan dan Technology, Belajar dari Pengalaman dan Pengembangan Teknologi

Suatu pengalaman yang menarik yang dapat dipetik dalam Agriculture Marketing and Rural Development, Taiwan. Berdasarkan sejarah Invasi Jepang ke Taiwan tahun 1895 adalah perang yang terjadi antara kekaisaran Jepang dan Republik Formosa tahun 1895, setelah Dinasti Qing Tiongkok menyerahkan Taiwan dan Pescadores kepada Jepang dalam Perjanjian Shimonoseki. Konflik terjadi selama lima bulan, membunuh hampir 14.000 orang Formosa dan hampir 5.000 orang Jepang, terutama karena penyakit, termasuk pangeran Kitashirakawanomiya Yoshihisa dari keluarga kerajaan Jepang. Taiwan itu sendiri adalah sebuah pulau di Asia Timur. People`s Republic of China (PRC) atau Republik Rakyat China (RRC), atau sering disebut "China" yang beraliran "Kaochantang" (Komunis) menganggap Taiwan sebagai "Provinsi yang memberontak", sedangkan Taiwan menyebut dirinya sebagai negara tersendiri dengan nama "Republik of China" (ROC) yang beraliran "Kaomintang" (Nasionalis). Pulau utama Taiwan dikenal sebagai Formosa (dari bahasa Portugis Formosa, yang berarti "pulau yang indah"), terletak di Asia Timur.
Pulau ini dihubungkan ke timur oleh Samudera Pasifik, ke selatan oleh Laut Cina Selatan dan Selat Luzon, ke barat oleh Selat Taiwan, dan ke utara oleh Laut China Timur. Pulau ini mempunyai panjang 394 kilometer (245 mil) dan lebar 144 kilometer (89 mil). ROC menguasai daerah kepulauan Taiwan, Kepulauan Pescadores, Quemoy, dan Kepulauan Matsu.

Prestasi ekspor elektronik dan permesinan Taiwan yang telah menyumbang 70% pertumbuhan GDP merupakan penggerak utama industrialisasi Taiwan, sehingga bulan Maret 2010 yang lalu mampu memiliki cadangan devisa luar negeri sebesar USD 355 milyar lebih dan telah menempatkan Taiwan pada posisi ke-4 tertinggi di dunia.

Model revitalisasi pertanian yang dilakukan Taiwan pada tahun 1980-an pada era Presiden Lee Teng Hui mungkin bermanfaat sebagai bahan pelajaran berharga. Rasanya tidak secara kebetulan apabila Presiden Lee meletakkan sektor pertanian sebagai landasan pembangunan ekonomi Taiwan. Presiden Lee Teng Hui adalah Doktor Ekonomi Pertanian dari salah satu perguruan tinggi ternama dunia, Cornell University, Amerika Serikat. Pengalaman di Taiwan menunjukkan bahwa agen harus sering mendatangi pertanian. Mesin dan beberapa aspek lainnya hanyalah salah satu aspek teknologi. Teknologi dalam bidang pertanian melibatkan masalah fundamental seperti metode penanaman, pupuk untuk tanah tertentu, dan cara penanaman bibit jenis baru yang benar. Penelitian sampai menjadi bibit membutuhkan kondisi tanah dan iklim yang baik. Petani harus mempertimbangkan hubungan antara pupuk dan ekologi. Efektivitas pupuk harus seimbang dengan biayanya. Agricultural extension adalah sebuah cara untuk pegawai pemerintahan yang telah terlatih untuk membantu petani belajar mengenai dan menggunakan teknologi baru. Sebidang tanah kecil ditanami oleh agen ekstensi dengan kondisi yang sama dengan yang dihadapi petani dapat menghasilkan beberapa hasil. Sebaliknya, agen ini harus terbuka kepada teknik yang digunakan penduduk lokal. Percobaan mengkonfirmasi bahwa petani akan mengadopsi jenis bibit baru dan teknik baru yang terbukti dapat diandalkan secara teknik maupun ekonomis.

Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari pembangunan pertanian di Taiwan yaitu:

1. Presiden Teng Hui melakukan strategi intensifikasi pertanian untuk meningkatkan produksi dan produktivitas di sektor hulu, terutama karena konstrain areal luas wilayah Taiwan. Prioritas awal pembangunan pertanian ditekankan pada kecukupan komoditas pangan, terutama beras di dalam negeri yang dilakukan dengan kesadaran penuh karena tingginya laju pertumbuhan penduduk pada waktu itu.

2. Taiwan pada masa Presiden Lee melakukan pembangunan besar-besaran infrastruktur fisik seperti jalan, jembatan, saluran irigasi, listrik, air bersih, dan telekomunikasi telah mampu menjadi penghubung yang paling efisien dalam aktivitas ekonomi di negara tersebut. Secara teori, intensifikasi pertanian yang didukung pembangunan infrastruktur ekonomi seperti ini akan menghasilkan dampak ganda pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

3. Presiden Lee melakukan deregulasi ekonomi yang cukup konsisten untuk menghilangkan hambatan perdagangan antardaerah, menyederhanakan prosedur pajak, memberikan akses yang seimbang bagi UKM terhadap sumber pendanaan, perbankan dan nonperbankan, serta mengurangi pungutan di pelabuhan untuk stimulasi perdagangan internasional.

4. Taiwan kemudian melakukan pengembangan teknologi secara hati-hati, tidak asal high-tech, tapi lebih banyak didasarkan pada keunggulan komparatif dan kompetitif negara tersebut. Serapan tenaga kerja dan penciptaaan lapangan kerja baru menjadi sangat tinggi, sampai pada kaum minoritas asal Asia Tenggara pun memiliki pekerjaan dan menunjukkan produktivitas tenaga kerja yang tinggi.

Hasil dari kecermatan tersebut, ekspor komoditas pertanian Taiwan produk manufaktur, elektronika, dan high-tech lainnya mampu merajai pasar Asia dan bahkan dunia. Tak heran Taiwan dijuluki Empat Macan Asia bersama Hongkong, Korea Selatan, dan Singapura. Bagaimanapun pembangunan pertanian di Taiwan seharusnya menjadi bahan berharga bagi para perumus kebijakan dan kalangan akademisi di negeri ini. Minimal, mereka perlu secara terus terang menunjukkan pemihakan yang serius dan memberikan perhatian penuh pada petani dan kelompok miskin lainnya. Indonesia adalah mitra dagang urutan ke sebelas terbesar Taiwan, merupakan sumber impor urutan ke sembilan terbesar dan pasar ekspor urutan ke empat-belas terbesar.

Invasi Jepang ke Taiwan tahun 1895 adalah perang yang terjadi antara kekaisaran Jepang dan Republik Formosa tahun 1895, setelah Dinasti Qing Tiongkok menyerahkan Taiwan dan Pescadores kepada Jepang dalam Perjanjian Shimonoseki. Konflik terjadi selama lima bulan, membunuh hampir 14.000 orang Formosa dan hampir 5.000 orang Jepang, terutama karena penyakit, termasuk pangeran Kitashirakawanomiya Yoshihisa dari keluarga kerajaan Jepang. Taiwan itu sendiri adalah sebuah pulau di Asia Timur. People`s Republic of China (PRC) atau Republik Rakyat China (RRC), atau sering disebut "China" yang beraliran "Kaochantang" (Komunis) menganggap Taiwan sebagai "Provinsi yang memberontak", sedangkan Taiwan menyebut dirinya sebagai negara tersendiri dengan nama "Republik of China" (ROC) yang beraliran "Kaomintang" (Nasionalis). Pulau utama Taiwan dikenal sebagai Formosa (dari bahasa Portugis Formosa, yang berarti "pulau yang indah"), terletak di Asia Timur.
Pulau ini dihubungkan ke timur oleh Samudera Pasifik, ke selatan oleh Laut Cina Selatan dan Selat Luzon, ke barat oleh Selat Taiwan, dan ke utara oleh Laut China Timur. Pulau ini mempunyai panjang 394 kilometer (245 mil) dan lebar 144 kilometer (89 mil). ROC menguasai daerah kepulauan Taiwan, Kepulauan Pescadores, Quemoy, dan Kepulauan Matsu.

Dalam prestasi ekspor elektronik dan permesinan Taiwan yang telah menyumbang 70% pertumbuhan GDP merupakan penggerak utama industrialisasi Taiwan, sehingga pada bulan Maret 2010 yang lalu mampu memiliki cadangan devisa luar negeri sebesar USD 355 milyar lebih dan telah menempatkan Taiwan pada posisi ke-4 tertinggi di dunia.

Indonesia adalah mitra dagang urutan ke sebelas terbesar Taiwan, merupakan sumber impor urutan ke sembilan terbesar dan pasar ekspor urutan ke empat-belas terbesar. (Data terkait berbagai sumber, wikipedia dan diolah oleh Frans Hero K. Purba)

2 comments:

yurtdışı eğitim said...

do you have any other information in English?
dil okulu

yurtdışı eğitim said...

i don't understand this post. please translate it or post a translated version for englisg speakers dil okulları