Dalam menciptakan dan mencetak wirausaha baru atau mendorong penganggur untuk menjadi wirausaha di berbagai bidang usaha yang produktif, termasuk generasi muda terdidik. Penciptaan wirausaha baru merupakan salah satu solusi kekurangan lapangan kerja dan menambah pertumbuhan dunia usaha. Kewirausahaan juga akan mendorong generasi muda untuk mengubah pola pikir (mindset) dari mencari kerja, menjadi menciptakan lapangan kerja. Kewirausahaan hendaknya jangan hanya dipahami sekadar kemampuan membuka usaha sendiri, tetapi menjadi momentum mengubah mentalitas dan pola pikir. Sebab dalam semangat kewirausahaan juga tertanam sikap membangun karakter yang tangguh, inovatif, kreatif, cerdas, mandiri, dan kemampuan memanfaatkan peluang serta sumber daya. Selama ini, kemampuan bertahan suatu negara banyak ditopang semangat kewirausahaan rakyatnya. Indonesia termasuk negara dengan tingkat kewirausahaan yang rendah. Kewirausahaan merupakan upaya dalam mengatasi pengangguran dan Kemiskinan Berdasarkan rasio kewirausahaan dibanding jumlah penduduk sekitar 1:83.Seperti Filipina (1:66) atau Jepang (1:25). Rasio ideal secara internasional adalah 1:20. Indonesia tertinggal jauh dari negara Asia lainnya seperti China dan Jepang dengan jumlah wirausahawan 10% dari total populasi, Malaysia 5%, dan Singapura 7%. Terlebih lagi di Amerika, lebih dari 12% penduduknya menjadi entrepreneur. Kegiatan usaha di negara kita pun masih didominasi usaha kecil dan informal. Menurut catatan BPS, pengangguran terbuka turun menjadi 7,6 juta. Untuk menekan pengangguran dan kemiskinan, pemerintah seyogianya memprioritaskan, meningkatkan, dan lebih memberdayakan pelaku ekonomi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang padat karya. (Berbagai sumber media terkait, BPS, data diolah F. Hero K. Purba). Dengan tingginya angka kemiskinan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya SDM usia produktif berada dalam kelaurga miskin yang secara otomatis berada dalam kemiskinan.
Menurut teori Hobbert, Hogg (2004) melihat bahwa wirausahawan sosial mencoba memanfaatkan perilaku entrepreneur yang lebih mengedepankan misi atau kebutuhan sosial daripada orientasi laba. Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa wirausahawan sosial mempunyai orientasi yang berbeda dengan bussiness entrepreneur. Wirausahawan sosial mencoba membantu masyarakat dengan ide kreatifnya untuk mengatasi masalah sosial yang ada. Orientasi laba bukanlah tujuan utama dari wirausahawan sosial. Dalam berwirausaha adalah suatu kebebasan dimana seseorang tidak dituntut bisa membaca dan menulis, tetapi menumbuhkan pemikiran yang kreatif dan sosialisasi yang tinggi, serta menciptakan suatu kreativitas dan inovasi. Dengan hidup terencana secara praktis dilakukan dengan merumuskan apa yang mau kita raih dalam limit waktu tertentu. Apa yang mau kita raih dalam satu minggu, dalam satu bulan, dalam satu tahun atau lebih, bahkan apa yang mau kita raih atau mau kita capai hari ini terumuskan secara jelas. Rencana yang kita targetkan merupakan langkah untuk menuju suatu usaha berdasarkan tekad dan kemauan. Wirausaha /entrepreneur sebagai jalan keluar dari pengangguran dan kemiskinan.
No comments:
Post a Comment