Friday, June 29, 2012

Memecahkan dan Mencari Solusi dalam Mengatasi Krisis Pangan, Pemanasan Global, Krisis Keuangan dari Pengaruh Ekonomi Global


Ada tiga hal yang terpenting dan yang selalu menjadi perhatian dunia pada umumnya serta khususnya Indonesia yaitu Krisis Pangan dan Energi (Food and Energy Crisis), Pemanasan Global (Global Warming), Krisis Keuangan (Financial Crisis). Banyak program yang direncanakan serta program pasar bebas dan deregulasi pun digencarkan oleh AS di dalam dan luar negeri. Pertumbuhan ekonomi memang melonjak, tetapi tak lama. Dalam beberapa tahun krisis keuangan global seperti di Uni Eropa dan Amerika merebak dan membuat banyak negara menjadi jatuh miskin, termasuk Indonesia. Ketimpangan global melebar dan terkuaklah skandal-skandal korporasi paling memalukan sepanjang sejarah dunia, baik skandal korupsi maupun kemimpinan yang dictator.. Kekurangan bahan pangan akan terjadi bila ketahanan pangan semakin terkikis dan tak terpenuhi secara berkelanjutan. Indonesia mengembangkan matriks perubahan pola konsumsi yang akan disepakati oleh pemerintah dari pusat ke daerah dan pihak swasta.(Berbagai sumber media terkait, artikel, Photo dari Pelita Online, bahan diolah F. Hero k. Purba)

Serta terjadinya Pemanasan Gobal (Global Warming) berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC).Pokok permasalahan menjadi pembahasan hangat para pengamat ekonomi adalah negara yunani yang sedang melakukan perubahan di negaranya dengan jalan meminjam uang kepada lembaga moneter dunia yaitu IMF . Yunani sangat berani dengan keputusan-nya meminjam uang dengan nominal yang sangat besar tetapi menghiraukan resiko yang akan diterima-nya ketika tidak bisa memenuhi kewajiban-nya untuk membayar hutang-nya. Saat ini bagi yunani adalah hari-hari yang sangat menyulit-kan karena besar-nya Produk Domestik Bruto ( PDB/GDP ) tidak seimbang dengan angsuran yang harus dibayar oleh negara yang mengakibat-kan para petinggi di-negara yunani dan IMF berpikir keras untuk memilih jalan keluar yang terbaik untuk semuanya, begitu juga halnya dengan Spanyol. Menurut Menteri Ekonomi Spanyol Luis De Guindos di Madrid, Senin (25/6/2012), rincian akan diumumkan sampai tanggal 9 Juli mendatang. Dana sebesar 100 miliar Euro sudah mencukupi untuk menutupi kebutuhan, seperti untuk mendukung upaya penyelamatan bank. Jumlah sebesar ini sebelumnya sudah diperkirakan oleh negara mitra pengguna mata uang Euro. Pekan lalu, Bank Sentral Spanyol mengatakan, dana yang dibutuhkan mencapai 62 miliar Euro. Pemerintah Spanyol memerlukan dana ini untuk menopang bank-bank, yang dilanda krisis keuangan setelah runtuhnya pasar properti Spanyol pada tahun 2008. (data from Suara Pembaharuan, and other sources) .Indonesia merupakan Negara tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati dan daratan seluas 192 Ha dengan keanekaragaman karakteristik tanah. Indonesia tentunya tidak terlepas dari pengaruh ekonomi global. Melihat kondisi ekonomi dunia yang masih bergejolak terutama karena krisis Eropa dan pemulihan AS yang belum menunjukkan tanda-tanda positif, ekonomi Indonesia tentu tidak bisa steril dari imbasnya. Berdasarkan gandum dan kedelai mengalami pelemahan akibat kondisi cuaca yang labil di kawasan Amerika Selatan yang melanda Brasil dan Argentina sehingga menyulitkan proyeksi harga kedua komoditi tersebut dalam jangka pendek. Pada hari ini (9/1) harga jagung berjangka mengalami kenaikan sebesar 0,78% menjadi 6,48 dollar per bushel, harga kedelai berjangka mengalami penurunan sebesar 0,78% menjadi 11,98 dollar per bushel dan harga gandum melemah sebesar 67 sen menjadi 6,31 dollar per bushel.

Meningkatnya harga pangan ini secara nyata bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran mengenai ketersediaan pangan dunia, pada indeks harga berapa pun. Hal ini mengkhawatirkan terutama bagi negara-negara berkembang di mana sejumlah lapisan masyarakat yang paling rentan semakin dihadapkan pada ketidakpastian apakah mereka mampu memperoleh makanan berikutnya atau tidak. Untuk keluarga miskin yang pendapatannya terbatas cenderung menghabiskan sebagian besar pendapatannya pada makanan, dan kenaikan harga pangan tidak disertai dengan kenaikan upah, akibatnya kaum miskin sering menjadi pihak yang harus membayar konsekuensi tertinggi akibat kenaikan harga tersebut. Badan Pangan dan Pertanian Dunia juga menyatakan penduduk dunia kini sudah 7 miliar. Diperkirakan pada 2045 populasi dunia akan menggembung menjadi 9 miliar orang. Dalam hal ini perlu sinergitas di mana pemerintah, pebisnis, dan pemangku kebijakan menggarisbawahi kebutuhan akan adanya usaha keras untuk mengembangkan solusi yang berkelanjutan mengenai masalah ketahanan pangan global. Untuk mengatasi krisis pangan yang menjalar menjadi krisis lahan itu, yang bisa digunakan adalah membuat koperasi lumbung pertanian. Bukan hanya krisis pangan yang menjadi konsentrasi tetapi juga halnya dengan Global Warming dan Krisis Finansial dapat dihadapi dan diatasi dengan berbagai solusi serta kebijakan yang tepat berlandaskan kearifan daerah local, commitment membangun self reliance kesadaran suatu negara wilayah mencari pemecahan dan pemikiran yang tindakan yang cepat dengan mempertimbangkan berbagai hal.

No comments: