Menurut data dan informasi Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), Ekspor komoditas karet Indonesia pada kuartal pertama tahun 2012 ini turun menjadi 564.320 ton dari 624.910 ton pada waktu yang sama tahun sebelumnya. Untuk tahun 2011 produksi karet alam dunia diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000 ton. Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011 salah satunya di karenakan terganggunya produksi karet di beberapa negara seperti Australia, hujan deras yang disebabkan oleh lamina yang juga menyebabkan banjir di negara tersebut telah mengganggu proses penyadapan karet. Kemudian di Thailand asosiasi natural rubber producing countries di Thailand memperkirakan produk karet alam pada musim dingin yang berlangsung mulai Febuari-Mei berdampak pada menurunnya produk karet hingga 50 persen. Data Kementerian Perdagangan tentang ekspor karet dan produk karet periode Januari-September 2011 mengalami kenaikan sebesar 69,51 persen dibanding periode sama tahun lalu. Yakni, ekspor hingga September tahun ini menembus USD 11,25 miliar atau naik dari tahun lalu USD 6,64 miliar. Bahkan, karet menyumbang pertumbuhan 5,02 persen terhadap ekspor non migas. Berdasarkan informasi GAPKINDO bahwa harga karet per 11 Mei 2012 untuk TRS 20 mengalami penurunan dari sebelumnya US$ 4,97 per kilogram menjadi US$ 3,4 per kilogram. Sedangkan harga bahan olahan karet (bokar) pabrikan pada Mei 2012 senilai Rp27.000 hingga Rp30.000 per kilogram. Padahal pada April 2011 lalu harga bokar senilai Rp.37.700 hingga Rp39.700 per kilogram. (Sumber data BPS,GAPKINDO, berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).
Untuk area perkebunan karet di Indonesia pada 2010 seluas 3,445 juta hektare dan diperkirakan bertambah 5.000 hektare pada 2011. Perkebunan rakyat, menurut catatan Gapkindo, memberikan sumbangan paling besar terhadap produksi karet alam Indonesia. Produksi karet alam Indonesia mencapai 3 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 2,5 juta ton diekspor ke berbagai negara. Tahun ini, dengan perkiraan penurunan produksi maka ekspor karet diprediksi hanya akan mencapai sebesar 2,3 juta ton sampai 2,4 juta ton. Sedangkan untuk Pasar karet terbesar nasional, Cina, akan mengkonsumsi lebih dari sepertiga dari semua permintaan karet baru di dunia. Pada tahun permintaan pasar global untuk komoditas Karet, baik dalam karet alam dan sintetis, diperkirakan mencapai 27,2 juta ton pada tahun 2012 dari 25,7 juta ton pada tahun 2011. Dalam meningkatkan daya saing perkebunan karet Indonesia perlu dilakukan beberapa hal diantaranya penerapan teknologi menuju usaha perkebunan yang berkelanjutan dengan upaya meningkatkan daya saing dan kesinambungan perkebunan melalui peningkatan produktivitas kebun dan efesiensi usaha, serta pencegahan kehilangan hasil, hal itu dapat diwujudkan melalui adopsi klon unggul dan rekomendasi teknologi, perbaikan teknis budidaya dan sistem manajemen, pengendalian penyakit dan gangguan hujan, percepatan program peremajaan, pengembangan karet pada lahan non-tradisional dan pengembangan diversifikasi produk dan industri hilir karet. Indonesia merupakan produsen Karet nomor 2 didunia setelah Thailand dan Malaysia diurutan ke- 3. Diharapkan potensi besar dari komoditas karet ini sebagai peluang komoditas ekspor yang berdaya saing dengan Negara lainnya.
No comments:
Post a Comment