Thursday, March 6, 2014

Pengolahan Pangan Lokal Alternatif “Talas Beneng” Kabupaten Pandeglang, Banten



Potensi pengembangan Talas Beneng besar dan koneng atau kuning (Xanthosoma undipes) merupakan jenis talas yang banyak tumbuh di wilayah Pandeglang, terutama di sekitar Kecamatan Jiput. Talas beneng tersebut diharapkan akan menjadi sumber pangan lokal yang bisa dimunculkan dari wilayah Banten. Daerah Kelurahan Juhut, Kabupaten Pandeglang tumbuh tanaman sejenis talas yang masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Talas Beneng. Talas beneng memiliki karakteristik yang berbeda dengan talas dari daerah lainnya. Talas ini tumbuh liar di lereng gunung, memiliki batang yang besar dan panjang serta pada bagian akarnya terdapat umbi-umbi kecil (kimpul) yang bergerombol. Selain kimpul, bagian utama yang dapat dimakan adalah batang. Tanaman ini memiliki umbi yang dapat mencapai berat lebih dari 30 kg dalam umur 2 tahun.
Pengolahan talas beneng dapat diolah menjadi beragam produk, seperti keripik, donat, dan bolu. Talas Beneng sebagai bahan pangan alternative beda dengan pangan lokal lainnya yang mempunyai kandungan protein sebesar 2,01%, 18,30% Karbohidrat, 15,21% pati, 83, 7 kalori, 0,73% serat kasar dan 0,27% lemak. Talas beneng memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber pangan lokal. Ukurannya yang besar dengan kadar protein yang tinggi serta warna kuning yang menarik adalah kelebihan yang dimiliki talas beneng yang menjadi ciri khas yang tidak dimiliki talas jenis lain. Kearifan pangan lokal seperti talas beneng asal Kabupaten Pandeglang ini merupakan potensial ciri khas dari suatu daerah tertentu. Seperti diketahui bahwa talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam suku talas-talasan        (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan ‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Jepang), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China). Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalam abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 meter dpl baik liar maupun ditanam. 
Produk olahan yang akan dikembangkan sebagai industri rumah tangga adalah keripik talas beneng. Talas beneng sangat potensial untuk dikembangkan menjadi berbagai macam produk makanan sebagai substitusi beras dan tepung terigu. Selama ini masyarakat telah membuat keripik talas beneng, perbaikan mutu diutamakan untuk mengurangi rasa gatal pada talas atau oksalat dalam produk keripik dan pengemasan produk. Untuk mengurangi rasa gatal pada produk keripik. (Sumber: Distan Kab. Pandeglang, media terkait, data diolah hero13)

No comments: