Potensi
bercocok tanam Pisang Mas
Kirana (Garcinia Maggostana L) ini juga sudah mendapat pengakuan
internasional, yakni dari Negeri Belanda. Asosiasi Petani Pisang Seroja dari
Desa Kandang Tepus, telah mendapat sertifikat Global GAP (Good Agricultural Practices) dari Control Union Certification dari
Belanda.Sentra produksi pisang mas kirana tersebar di 3 (tiga) kecamatan yaitu
Senduro, Pasrujambe dan Gucialit. Petani pisang di kabupaten ini telah
tergabung dalam Paguyupan Pisang Mas dan Asosiasi Petani Pisang Lumajang. Di Kecamatan Senduro, sebagai sentra utama pisang mas
kirana, kini jumlah lahan yang ditanami pisang mas kirana mencapai 425 hektar. Awalnya
lahan untuk tanaman pisang mas kirana hanya sekitar 15-20 hektar.Pisang mas
kirana semakin dikenal luas. Dari tiga kecamatan itu, produksi pisang mas
kirana mencapai 200 ton per bulan. Jika awalnya hanya Rp 1.600 per kg, kini
harga pisang mas kirana melejit hingga Rp 5.200 per kg. Setiap tahunnya bisa dihasilkan pisang
mas kirana sebanyak 216.515 kuintal per hektarnya. Bentuk buahnya yang cukup
cantik dan rasa manis yang dimiliki pisang mas kirana, memberikan daya tarik
tersendiri bagi para konsumen, sehingga wajar adanya bila varietas pisang ini
telah dipasarkan ke luar daerah Lumajang, bahkan pernah diekspor ke mancanegara
seperti Singapura, China, Jepang, dan Taiwan. Untuk pisang Mas
Kirana dalam hal kualitas menyangkut grading
(pengelompokan), packaging (pengemasan), labelling (pelabelan), dan wrapping
(pengepakan). Sedangkan kuantitas terkait kemampuan memenuhi jumlah pesanan. Persediaan
harus dipersiapkan apabila sedang
tidak musimnya, produk yang diminta harus ada. Kontinuitas berhubungan dengan kemampuan memasok dalam
jangka waktu kontrak tertentu. Di sini, terkait pula pengetahuan mengenai
rotasi tanaman dan pola tanam. Dalam cara mengelola pengemasan pisang yang
hygienis. Meskipun kelihatan sepele, tetapi proses ini sangat menentukan calon
importir sebelum memasukkan pisang ke negaranya. Dan mereka pasti menempaykan
proses pengelolaan secara hygienis sebagai syarat ekspor. Pengembangan Komoditi Pisang
Agung di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur sebagai kota pisang agung,
dapat meningkatkan kesejahteraan para petani pisang agung. Kecamatan Pasru
Jambe misalnya, sekitar 90,8 persen dari 1.225 keluarga atau sekitar 3.050 jiwa
warganya adalah petani pisang agung. Populasi tanaman pisang agung di desa itu
mencapai 612,5 hektar atau sekitar 1,53 juta pohon pisang, dengan asumsi
rata-rata 2.500 pohon pisang per hektar. Pisang Agung menjadi ciri khas dari Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur. Daerah penghasil terbesar pisang Agung adalah Senduro.
Beberapa ahli mengkategorikan pisang Agung sebagai jenis “Plantain”, yakni
jenis pisang yang harus diolah sebelum dikonsumsi. Berbeda dengan jenis
plaintain lainnya, pisang Agung dapat juga dimakan secara langsung. Kulitnya
yang relatif tebal dan keras, membuat pisang Agung dapat bertahan lama untuk
mencapai fase masak sehingga rasanya semakin manis. Pisang Agung juga digunakan
sebagai bahan mentah untuk pengolahan keripik pisang, sale, dodol dan selai.
Nilai
ekonomis dari Pisang Agung Lumajang sedang berkembang dengan pesat, baik dalam
bentuk segar maupun dalam bentuk olahan. Kabupaten Lumajang yang terkenal
dengan sebutan Kota pisang terdiri dari 21 Kecamatan sebagian besar merupakan
sentra pisang dengan memiliki luas 2644 ha dengan produksi 29,546 ton per
tahun. Beberapa varietas pisang yang dikembangkan di Kabupaten Lumajang
diantaranya, Agung Semeru, Mas Kirana, Raja Lumut, Ambon, Susu, Embug dan lain sebagainya. Pisang
Agung merupakan salah satu komoditi unggulan pertanian yang sangat potensial,
baik secara teknis, sosial, maupun ekonomis. Sebagai tanaman nonmusim, pisang
agung dapat dipanen sewaktu-waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Untuk
peluang ekspor pisang Indonesia
yang tidak kalah bersaing dengan produk pisang dari negara lain. Hal ini
dilihat dari sisi untuk pemasaran Internasional, dan kedepannya untuk
mengembangkan produk pisang di pasar domestik dengan mencoba mengembangkan
peluang investasi. Produksi Pisang Indonesia cenderung meningkat,sedangkan
konsumsi meningkat,laju pertumbuhan konsumsi yang sedikit lebih rendah ini
diduga akibat makin banyaknya pisang ekspor dan makin beragamnya jenis buah
lain baik lokal mapun impor. (Sumber: data media, Litbang, data diolah hero13).
No comments:
Post a Comment