Thursday, August 7, 2014

Analisa Ekspor China dan India bagi Indonesia dalam dampak Perdagangan Internasional




Perkembangan Ekspor nonmigas ke China meningkat sebesar 60,13 persen, tumbuh jauh lebih cepat dibanding ke negara-negara lain. Pada Januari-September 2010, ekspor ke China mencapai US$9,31 miliar dan meningkat menjadi US$14,90 miliar tahun ini. negara-negara ASEAN serta Asia lainnya juga menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia. Kontribusi ekspor ke pasar ASEAN, China, India, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan menyumbang sebesar 59,8 persen terhadap ekspor nonmigas nasional.
Ekspor China ke kawasan Uni Eropa memang meningkat 5% dibanding periode yang sama tahun lalu, tetapi itu hanya seperempatnya dari yang dilaporkan pada Juli dan Agustus. Sebagai contoh, penjualan ke Jerman, negara dengan perekonomian terbesar di Eropa, turun 1,6%. Begitu juga ke Italia. Sebaliknya, ekspor China ke negara-negara berkembang, seperti ke Malaysia meningkat 34,9% dan ke Brazil naik 26,4%. Untuk mengantisipasi anjloknya permintaan dunia, pemerintah China berembug untuk membuat kebijakan ekonomi di tahun 2012, yang diramalkan akan memberikan stimulus untuk meredam penurunan surplus perdagangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik mencatat bahwa China adalah negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai ekspor non-migas Januari-Agustus US$ 12,83 miliar atau 11,95% dari total ekspor non-migas sebesar US$ 107,37 miliar. Sementara nilai ekspor ke India selama Januari-Agustus tercatat US$ 9,06 miliar atau 8,44% dari total ekspor non-migas pada tahun 2011. Penurunan pertumbuhan ekspor China itu menunjukkan bahwa krisis utang Eropa telah menghantam ekspor negara-negara lainnya. Di India, produksi industri pada Oktober lalu juga turun untuk pertama kalinya sejak lebih dari dua tahun terakhir, sehingga harga saham langsung turun dan mata uang rupe melemah.Laporan resmi Badan Pusat Statistik India menyebutkan hasil produksi pabrik, utilisasi, dan ertambangan turun 5,1% dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini merupakan penurunan pertama sejak Juni 2009. Tidak hanya China dan India, para ekonom dan analis juga memperkirakan ekspor Indonesia, terutama ekspor non-minyak dan gas, tahun depan akan terkena dampak krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.
Menurut analisa para ekonom bahwa untuk konsumsi domestik China lebih rendah dibandingkan Indonesia dan India. Konsumsi domestik Indonesia dan India mencapai 50-60 persen dari pertumbuhan domestik bruto (GDP). Sedangkan di China hanya sekira sepertiga dari PDB China. Indonesia membukukan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen per tahun. Bahkan, bersama Cina dan India, negara ini juga tumbuh positif saat krisis serta terbesar dalam kelompok negara G-20. Pada laju ekspansi ekonomi Indonesia akan mencapai 6,0 tahun ini atau lebih cepat dari Rusia sebesar 4,3%. Realisasi nominal produk domestik bruto per kapita Indonesia (berdasarkan purchasing power parity/PPP) pada 2009 berada pada kisaran US$3.900. Hal ini lebih baik apabila dibandingkan dengan PDB per kapita India yang hanya US$2.900. Dan apabila dilihat dari sisi keseimbangan fiskal terhadap PDB, Indonesia termasuk negara yang sehat. Defisit Indonesia hanya 1,6 persen, Rusia mencapai 6 persen, Brasil 3,3 persen, India 10 persen, dan China 2,2 persen.Rasio utang terhadap PDB Indonesia tergolong kecil, yakni 23 persen. Sedangkan, rasio utang Brazil 17,1 persen, Rusia 38,5 persen, India 17,5 persen dan China 7,9 persen. Untuk. Sedangkan Cadangan devisa Indonesia tergolong kecil dibandingkan dengan negara-negara BRIC, yakni hanya sebesar US$86,5 miliar. Cadangan devisa terbesar dimiliki China US$2.389 miliar, Rusia US$416 miliar, India US$261 miliar dan Brazil US$237 miliar. (Berbagai Sumber terkait, data BPS, media terkait, data Diolah dan dikutip sebagai bahan study oleh: F. Hero K. Purba)

No comments: