Monday, August 11, 2014

Peluang dan Tantangan Dalam Prospek Pengembangan Komoditi Kakao Indonesia




Persaingan dari segi komoditas kakao untuk daya saing produk biji kakao Indonesia kalah dengan Negara-Negara Afrika seperti Pantai Gading dan Ghana. Atas rendahnya kualitas kakao, biji kakao Indonesia di pasar internasional selama ini mendapat pemotongan harga. Akibatnya negara dirugikan karena kerugian devisa dengan harga jual yang rendah. Diperkirakan sekitar US$150 juta atau Rp1,4 triliun per tahun kerugian karena kualitas yang rendah. Pada tahun 2012, komoditas kakao telah menyumbang devisa sebesar USD 1.053.446.947 (1,053 Milyar) dari ekspor biji kakao dan produk kakao olahan. Volume ekspor kakao selama tahun 2012 mencapai 11.484,02 ton. Ekspor ini meningkat 19,5% dari realisasi ekspor Oktober tahun ini yang seberat 9.249,69 ton. Trend ekspor menanjak menjelang tutup tahun, namun volume ekspor kakao sepanjang 2012 dipastikan lebih rendah dibandingkan realisasi ekspor di 2011. Askindo mencatat, volume ekspor komoditas ini selama Januari-November 2012 mencapai 124.128 ton. Sepanjang tahun lalu, ekspor kakao mencapai 210.067 ton. Ekspor kakao untuk produk downstream tiga yang merupakan produk akhir olahan kakao hanya US$ 74,9 juta pada 2009, namun pada 2011 sudah mencapai US$ 209,3 juta. Tujuan utama ekspor biji kakao antara lain Malaysia, Amerika, Singapura, Brazil dan Cina yang mencakup 93,1 persen dari total ekspor kakao Indonesia. Permintaan kakao dunia selama periode 2004-2008 menunjukkan peningkatan yang terlihat dari laju pertumbuhan impornya sebesar 3,39 persen per tahun. Kenaikan mencapai tiga kali lipat. Untuk produk downstream I atau produk intermediate kakao dari nilai ekspornya US$ 250,4 juta pada 2009 naik menjadi US$ 518,9 juta pada 2011. Ekspor kakao menunjukkan pergeseran dari dominasi biji kakao pada 2009 menjadi kakao olahan mulai 2011. Pada 2009, ekspor biji kakao mencapai 80% atau 439 ribu ton. Angka ini menurun menjadi 70% atau 210 ribu ton pada 2011. (Berdasarkan data media terkait, data diolah F. Hero K Purba).
Untuk penetapan harga patokan ekspor biji kakao yang juga menurun sebesar US$ 35 atau 1,3 persen dibanding US$ 2.669 per metrik ton pada periode bulan sebelumnya menjadi US$ 2.634 per metrik ton. BK biji kakao tidak berubah dibandingkan periode bulan sebelumnya, yaitu sebesar 10 persen. Hal tersebut tercantum pada kolom ketiga lampiran II PMK 75 Tahun 2012.Produksi kakao berkelanjutan berdampak signifikan pada perekonomian negara-negara berkembang dan memberikan mata pencaharian bagi 40 sampai 50 juta orang di seluruh dunia. Tidak seperti industri agribisnis yang lebih besar, sebagian besar masih berasal dari kakao pada keluarga-menjalankan peternakan kecil yang memiliki akses terbatas ke sumber daya dan pasar terorganisir. Untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi produksi kakao dunia, aktor publik dan sektor swasta semakin bermitra untuk mendedikasikan dana dan keahlian untuk meningkatkan pertanian kakao yang berkelanjutan dan kondisi komersial negara berkembang lokal. Dengan bantuan dari World Cocoa Foundation (WCF), upaya ini akan diterjemahkan ke dalam kehidupan yang lebih baik di tingkat petani, peningkatan sumber daya dan investasi di tingkat nasional, dan lingkungan, lebih aman lebih aman bagi petani kecil yang memasok sebagian besar produksi kakao bagi konsumen dunia..
Industri dalam negeri dapat meningkatan jatah biji kakao. Tahun 2011, industri pengolahan mendapat kuota sekitar 207.000 ton. Tahun depan, pasar domestik diberi jatah untuk menyerap 250.000 ton biji kakao produksi nasional. Namun, alokasi jatah bahan baku itu tidak setara dengan target produksi industri pengolahan sebesar 400.000 ton pada 2012. khasiat coklat dari chocolate shop untuk kesehatan adalah sebagai antioksidan, antioksidan dalam coklat untuk chocolate souvenir diperoleh dari biji kakao yang mengandung antioksidan flavonoid yang berguna untuk menahan radikal bebas. Kandungan kakao (biji cokelat) lebih dari 70% juga memiliki manfaat untuk kesehatan, karena cokelat kaya akan kandungan antioksidan yaitu fenol dan flavonoid.  Dengan adanya antiosidan, akan mampu untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh.  Produksi kakao mempunyai arti yang strategis dan penting karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap. Dalam pengembangan potensi kakao ini hampir sekitar 80% dari produksi kakao nasional di ekspor karena daya serap industri pengolahan dalam negeri relatif rendah. sebagai penghasil/pengekspor kakao dunia, Indonesia juga melakukan impor kakao baik dalam bentuk cocoa beans, whole or broken, raw or roasted maupun chocolate and other food preparation containing cocoa. Proyeksi  lima  tahun kedepan diperkirakan jumlah pabrik pengolahan kakao sebesar 16 (enam belas) unit usaha ditahun 2012 akan tumbuh menjadi 20 (dua puluh) unit usaha ditahun 2015.Citra mutu kakao Indonesia yang dikenal rendah serta rendahnya kapasitas industri pengolahan dapat menghambat peningkatan daya saing kakao dan kakao olahan Indonesia.

No comments: