Monday, September 3, 2012

Pengembangan Diversifikasi Pangan dalam Upaya Membangun Ketahanan Pangan


Di Indonesia yang banyak keanekaragaman hayati ini masih banyak sumber pangan lain yang dapat kita manfaatkan untuk mengganti beras sebagai sumber pangan yang kita konsumsi. Kebutuhan yang besar jika tidak diimbangi peningkatan produksi pangan justru menghadapi masalah bahaya latent yaitu laju peningkatan produksi di dalam negeri yang terus menurun. Begitu juga halnya dengan kenaikan harga kedelai pada saat ini, diperlukan solusi jangka panjang dan tidak hanya instant untuk memenuhi permintaan konsumen dalam negeri dan tidak hanya ketergantungan akan impor. Sebagai salah satu contoh dimana produksi kedelai nasional tampak mengalami kemunduran yang sangat memprihatinkan. Sejak tahun 2000, kondisi tersebut semakin parah, dimana impor kedelai semakin besar. (Sources media terkait dan artikel, data diolah F. Hero K. Purba).

Apabila kita merujuk ke beberapa negara di Asia seperti Jepang, Malaysia dan Thailand konsumsi per orang per tahunnya antara 60 s.d 90 kg/kapita, cukup jauh dibawah bila dibandingkan konsumsi kita yang mencapai 130 kg/kapita. Dan angka tersebut, menjadikan Indonesia sebagai konsumen beras terbesar di dunia. Pada kenyataannya kita tidak merasa percaya sebagai negara agraris yang mengandalkan pertanian sebagai tumpuan kehidupan bagi sebagian besar penduduknya tetapi pengimpor pangan yang cukup besar. Hal ini akan menjadi hambatan dalam pembangunan dan menjadi tantangan yang lebih besar dalam mewujudkan kemandirian pangan bagi bangsa Indonesia. Dalam hal ini perlu peningkatkan sistem produktivitas yang lebih baik lagi serta menerapkan kebijaksanaan dalam Management Stock Pangan. Dalam krisis pangan dunia ada dua hal yang perlu dilakukan secara simultan, dimana, kita harus keluar dari dua jebakan anomali kebijakan yang dapat membekukan kinerja pertanian dalam jangka panjang. Diversifikasi pangan sudah sering digaungkan tetapi penerapan dan implimentasi kebijakan ke depan yang perlu dipikirkan rencananya. Diversifikasi pangan secara program telah ada sejak 1970-an, tetapi aksinya adalah upaya untuk mengindustrialisasikan dan menyediakan aneka ragam produk pangan. Sering dengan peningkatan infrastruktur fisik pertanian terutama irigasi, sistem transportasi, telekomunikasi dan energi di desa; pengembangan kelembagaan agribisnis termasuk dukungan pemerintah hingga level teknis dan penguatan jejaring usaha; rekonstruksi. Hal ini merupakan suatu hal yang harus disingkapi dengan seksama dan gerakan yang membumi dalam pelaksanaannya. Eksplorasi dalam potensi genetik aneka ragam tanaman yang masih belum optimal tampak pada kesenjangan hasil petani dan hasil produktivitas di luar negeri atau hasil dalam penelitian. Dalam hal ini teknologi pemuliaan telah mengalami kemajuan yang cukup berarti dalam menciptakan berbagai varietas unggul berpotensi produksi tinggi.

Kebutuhan akan pangan merupakan suatu kebutuhan dasar yang paling esensial bagi kehidupan manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya. Mengembangkan pertumbuhan industri makanan sumber daya alam local diluar komoditi beras hal ini yang terpenting dilakukan. Pengembangan Diversifikasi pangan pokok berbasiskan kepada kondisi setempat. Menurut Data di kementerian pertanian menunjukkan produksi gabah kering giling (GKG) 2010 bertambah sebesar 2,46% dibanding 2009. Dengan produksi sebesar 65,98 juta ton GKG, Indonesia surplus beras sebesar 5,3 juta. Dengan Pola konsumsi masyarakat yang berbasis pada beras telah menempatkan produk olahan padi ini tidak lagi sekedar barang ekonomi tetapi telah diposisikan sebagai komoditas politik yang memiliki dimensi sosial yang luas. Beras menjadi strategis karena ditempatkan sebagai makanan pokok. No rice no glory menjadi landasan "politik beras murah" yang digelar pemerintah dari masa ke masa. Konsumsi beras meningkat secara signifikan, dari 110 kg/kapita/tahun pada 1967 menjadi 139 kg/kapita/tahun pada 2010. Kebijakan untuk diversifikasi konsumsi pangan merujuk pada kesadaran dan sudut pandang fisiologis gizi. Manusia untuk dapat hidup aktif dan sehat memerlukan tidak kurang dari 40 jenis zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan. Program diversifikasi konsumsi pangan non beras berbasis sumber daya lokal menjadi sangat penting untuk dilakukan agar tidak terjadi ketergantungan yang amat tinggi pada satu jenis pangan saja.

No comments: