Monday, March 25, 2013

Bawang Merah Nasional Sebagai Tantangan dalam Usaha dan Pengembangan



Untuk disparitas harga bawang antar wilayah pada bulan Agustus 2012 cenderung tinggi dengan koefisien keragaman harga antar wilayah sebesar 31 %, sama hal dengan disparitas harga antar wilayah pada bulan Agustus 2011 dibandingkan dengan Agustus 2012 cenderung tinggi sebesar 26 %. Pergerakan harga bawang merah di bulan Agustus 2012 mengalami penurunan di bandingkan dengan bulan sebelumnya. Membaiknya cuaca tahun ini menjadi salah satu pendukung peningkatan produksi bawang merah nasional, Apabila dibandingkan dengan kebutuhan nasional sebesar 948.400 ton per tahun, maka pasokan bawang merah lokal tahun ini mengalami surplus sebanyak 78.181 ton. Kalau kita lihat dengan perkembangannya Bawang di Indonesia sulit berkembang. Sebab, tanaman itu baru dapat hidup dengan baik jika ditamam 1.000 meter dari permukaan laut dan memiliki 4 musim. Sedangkan Indonesia hanya memiliki 2 musim, kondisi itulah yang menyebabkan tanaman bawang sulit berkembang. (Sources: Berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).
Untuk sentra Indonesia dengan 33 Propinsi, 325 Kabupaten, 5.054 Kecamatan mempunyai daerah potensial produksi bawang merah, yang berpeluang cukup baik bila dikelola dengan terencana, terarah, terintegrasi serta dengan kebijaksanaan yang mendukung dari semua sektor, tidak hanya dari sektor pertanian. Daerah tersebut diantaranya adalah : Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Papua. Menurut data tahun 2005 impor bawang mencapai 53.071 ton sedangkan ekspor 4.259 ton. Nilai ekonominya cukup tinggi mencapai Rp2 triliun per tahun dengan potensi pengembangan areal 90.000 hektar dan menyerap tenaga kerja mencapai 20 juta HOK (Hari Orang Kerja) pada On Farm (luas panen nasional 83.614 hektar). Kebutuhan sebagai konsumsi tahun 2007 mencapai 644.785 ton sedang produksi 807.000 ton, berarti masih surplus 160.000 ton. Sedangkan perkiraan untuk tahun 2008 kebutuhan konsumsi 658.347 ton dan produksi 855.000 ton, surplus 196.000 ton. Tahun 2009 konsumsi 676.045 ton dan produksi 913. 000 ton, surplus 230.000 ton per tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi bawang merah semakin menurun pada tiga tahun belakangan ini. Produksi bawang mengalami penurunan dari 965.164 ton pada 2009 menjadi 1.048.934 ton pada 2010 dan 893.124 pada 2011. Produksi nasional bawang merah ditahun 2010 sebesar 1.048.934 ton, dengan kebutuhan bawang merah 769.958 ton maka sebenarnya masih surplus sebesar 278.000 ton lebih dalam setahun. Namun karena waktu panen yang tidak teratur, kadang pasokan bawang kepasar terlambat dan harga menjadi mahal dipasar eceran. BPS mencatat, selama setahun terakhir ini, produksi bawah merah Nasional menurun tajam hingga 155,810 ribu ton atau sekitar 14,85 persen. Tercatat, untuk produksi bawang merah di tahun 2011, tercetak angka 893.124 ribu ton dengan luas panen sebesar 93,667 ribu hektar. Adapu untuk rata-rata produksinya adalah 9,54 hektare per ton.Menurutnya Inflasi bulan Agus-tus masih 0,7% dengan Juni mencapai 0,6% dan juli mencapai 0,7%, jadi tidak ada lonjakan yang berarti. Tidak naiknya harga bawang karena kekurangan permintaan bisa dipenuhi oleh impor yang semakin menurun akibat inflasi yang juga menurun. Dalam hal ini kenyataan itu dapat dikatakan kebutuhan komoditas bawang merah didalam negeri jauh melebihi kapasitas produksi yang dihasilkan. Potensi Indonesia tanaman bawang merah telah lama diusahakan oleh petani sebagai usahatani komersial. Tingkat permintaan dan kebutuhan bawang merah yang tinggi menjadikan komoditas ini sangat menguntungkan dalam usaha agribisnis.

No comments: