Wednesday, March 20, 2013

Pemasaran Dalam Negeri / Domestik dalam Mengatasi Kendala dan Hambatan dalam Pertanian Indonesia



Meningkatnya pendapatan masyarakat terutama di kalangan petani akan meningkatkan kebutuhan pangan berkualitas dan beragam / diversifikasi. Keragaman produk menuntut adanya pengolahan hasil pertanian dengan kapasitas, kualitas dan kontinuitas; Pembangunan dan perkembangan pertanian menjadi sangat penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat terutama diwilayah pedesaan, maka orientasi pembangunan pertanian diarahkan kepada model sistem agibisnis terpadu dengan keterkaitan yang erat antara berbagai subsistemnya. Subsistem dalam agribisnis tersebut adalah subsistem sarana produksi pertanian (down stream), subsistem usaha tani (farming), subsistem pengolahan dan pemasaran (up stream) serta subsistem penunjang (kebijakan pemerintah, penelitian, penyuluhan dan perkereditan/pembiayaan). Adapun kendala dalam masa perkembangan reformasi dan perkembangan merupakan warna dari mafia pertanian semakin terlihat jelas dalam suksesi revolusi hijau (green revolution), eksploitasi sumberdaya hutan, eksploitasi isi lautan dan swastanisasi perkebunan. Indikasinya terlihat dari: 1) Derasnya aliran modal (utang) dan investor asing yang membonceng banyak kepentingan; 2) kentalnya pengaturan kebijakan pembangunan pertanian yang bias pangan (padi) dan perkebunan (sawit); 3) Kentalnya pengaturan ekspor agro yang bias produk mentah (tidak bernilai tambah); 4) longgarnya pengaturan impor input dan output pertanian; 5) Kentalnya pengaturan kebijakan pengembangan industri yang tidak memihak pada sektor pertanian; 6) Kentalnya pengaplingan hutan dan lautan oleh segelintir perusahaan dan kroni-kroni seputar kekuasaan; 7) Kentalnya dominasi ekspor hasil pertanian, perikanan dan kehutanan oleh mafia bisnis dalam lingakaran kekuasaan; 8) Mengkristalnya monopoli produksi dan pasar komoditas agro strategis oleh segelintir korporasi; dan 9) Subordinasi teknologi dan kelembagaan lokal oleh inovasi luar. (Berbagai sumber, media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).
Pemasaran dalam negeri untuk produk pertanian mencakup banyak lembaga, baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, baik yang terlibat dan terkait secara langsung maupun yang tidak terlibat atau terkait langsung dengan operasi sistem pemasaran pertanian. Khusus untuk beberapa komoditi terutama komoditi yang berorientasi ekspor seperti komoditi perkebunan (kelapa sawit, karet, kelapa, kakao, gambir dan lain sebagainya) sering dihadapi dengan kendala pemasaran, terutama di daerah pedesaan. Komitmen Pemerintah untuk memajukan sektor pertanian sudah besar, namun mengingat kemampuan pendapatan negara terbatas, alokasi biaya pembangunan sektor pertanian menjadi tidak ideal. Konsep agribisnis pada saat ini merupakan konsep yang cocok untuk melihat permasalahan pertanian karena maju mundurnya pertanian semata-mata tidak hanya diakibatkan oleh permasalahan teknis produksi saja namun juga disebabkan oleh faktor diluar hal tersebut. Pada akhirnya permasalahan kesejahteraan petani tidak hanya dipengaruhi oleh on-farm agribusiness tetapi juga oleh off-farm agribusiness.
Produk pertanian Indonesia mampu menembus pasar dunia dengan penguatan Pasar dosmestik yang kuat, maka dituntut terpenuhinya mutu yang bagus, harga bersaing serta kontinuitas penyediaan produksi. Sebagai upaya pelaksanaan strategi pemasaran, lanjut dia, diantaranya menggalakkan promosi produk-produk pertanian dalam negeri agar lebih dikenal pasar domestik maupun internasional. Dengan adanya kelembagaan Petani yang teroganisir dan bantuan pembiayaan mikro sebagai mitra eksportir untuk membangun peningkatan ekspor. Produksi dunia dapat ditingkatkan jika setiap negara penghasil komoditas yang melakukan perdagangan dengan negara lain,memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Adapun manfaat keunggulan kompetitif tersebut juga tergantung pada nilai tukar perdagangan (terms of trade) antar negara pelaku perdagangan.

No comments: