Tuesday, March 19, 2013

Perkembangan Kacang Hijau dalam Usaha Agribisnis Untuk Konsumsi dalam Negeri



Kacang hijau yang dikenal dengan nama berbeda di beberapa negara, yaitu Mungbean, greengran, moong, Oregon pea, Chickasaw, Chiroko. Di Indonesia terjadi penurunan volume impor kacang hijau juga terjadi selama tahun 2011, yakni dari 996 ton pada tahun 2010 menjadi 355 ton pada tahun 2011. Manfaat kacang hijau yang mengandung asam folat ini juga dapat menghindarkan dari terjadinya bayi kelainan jantung, bibir sumbing, dan berbagai kecacatan lainnya. Selain itu Asam folat juga dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Kacang hijau sangat baik bagi kesehatan Jantung. Kandungan lemak tidak jenuh dalam kacang hijau aman untuk di konsumsi dan bermanfaat bagi kesehatan jantung. Karena lemaknya merupakan lemak tak jenuh, bagi Anda yang memiliki masalah dengan berat badan tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi kacang hijau. Pulau Jawa adalah penghasil utama kacang hijau di Indonesia, karena memberikan kontribusi 61% terhadap produksi kacang hijau nasional. Sentra daerah produksi kacang hijau adalah NAD, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, NTB dan NTT. Total kontribusi daerah 90 % terhadap produksi kacang hijau nasional dan 70 % berasal dari lahan sawah. Potensi lahan kering daerah tersebut yang sesuai ditanami kacag hijau sangat luas. Tantangan pengembangan agroindustri kacang hijau di lahan kering adalah peningkatan produktivitas dan mempertahankan kualitas ;lahan untuk berproduksi lebih lanjut. Lahan kering di Sumatera umumnya tergolong masam dan miskin hara. Lahan kering di Jawa, Sulawesi dan Nusatenggara masalah utamanya adalah kekeringan dan miskin hara. Pengembangan agroindustri kacang hijau merupakan solusi murah untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam kesiapan teknologi dalam Pengembangan kacang hijau di lahan kering. Keterbatasan modal, garapan lahan kering yang relatif luas, anggapan petani terhadap kacang hijau sebagai tanaman kedua, dan infrastruktur yang kurang memadai merupakan faktor biofisik dan sosial ekonomi yang menghambat pengembangan kacang hijau di lahan kering. (Berbagai sumber media terkait,BPS, litbang, data diolah F. Hero K. Purba)
Produksi kacang hijau petani kabupaten/kota di provinsi ini relatif sedikit, dan jauh dari kebutuhan yang diharapkan konsumen. Kebutuhan kacang hijau terus meningkat rata - rata setiap  tahun + 330.000 ton, produksi rata - rata setiap tahun 38.414 ton (93,46%) dan impor masih tinggi dengan volume impor rata - rata setiap tahun sekitar + 29.443 ton. Areal panen kacang hijau di Indonesia pada tahun 2011 seluas 297.315 ha dan produksi yang dicapai sebesar 341.342 ton dengan produktivitas rata- rata 11,48 ku /ha. Tahun 2008 -2009 terjadi volume impor dan ekspor yang lebih Tinggi dibandingkan tahun sebelum dan sesudahnya. Perkembangan impor kacang hijau dari tahun 2002 –2012 mengalami peningkatan sebesar 16,53% sedangkan produksi kacang hijau mengalami peningkatan hanya sebesar 1,11%. Untuk itu dalam pengembangan agroindustri kacang hijau merupakan solusi murah untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam kesiapan teknologi dalam Pengembangan kacang hijau di lahan kering. Keterbatasan modal, garapan lahan kering yang relatif luas, anggapan petani terhadap kacang hijau sebagai tanaman kedua, dan infrastruktur yang kurang memadai merupakan faktor biofisik dan sosial ekonomi yang menghambat pengembangan kacang hijau di lahan kering.

No comments: