Produk
komoditas jagung yang diperdagangkan di pasar dunia sebagian besar berasal dari
Amerika Serikat, kemudian diikuti China, Fiji, Brazil, Mexico dan Argentina. Namun tidak semua negara
produsen jagung menjadi negara pengekspor. Di Indonesia,
jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi.
Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3
setelah gandum dan padi. Negara pesaing utama Indonesia dalam merebut
pasar ekspor adalah adalah Amerika Serikat dan Argentina. Impor jagung bahkan mencapai 182 ribu ton
atau US$ 53,7 juta. Selama Januari-September, total impor tercatat sebesar 2
juta ton atau US$ 578,1 juta.Asal dari jagung impor tersebut berbeda-beda.
Brasil merupakan negara terbesar dalam memasok jagung. Tercatat di bulan
September volume impor mencapai 40.080 ton atau US$ 11,6 juta.Kemudian adalah
Argentina dengan 34.039 ton atau US$ 10,7 juta, India 36.470 ton atau US$ 11,2
juta, Thailand 82 ton atau US$ 171 ribu dan negara lainnya sebesar 229 ton atau
US$ 163 ribu.Menurut data bahwa harga
jagung berjangka untuk kontrak pengiriman bulan Juli 2012 tampak mengalami
kenaikan sebesar 4 sen dan ditutup pada posisi 5.98 dolar per bushel. Sedangkan
harga jagung berjangka untuk kontrak pengiriman bulan September tampak
mengalami peningkatan 8 sen dan ditutup pada posisi 5.51 dolar per bushel.
Untuk produksi jagung terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur,
Jawa Tengah masing-masing lima juta ton per tahun, setelah itu menyusul
beberapa daerah di Sumatra antara lain Medan dan Lampung, sehingga produksi
jagung Indonesia mencapai 16 juta ton per tahun.Di Indonesia daerah-daerah
penghasil utama tanaman jagung di Indonesia adalah, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa
Tenggara Timur dan Maluku. Khususnya di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya
tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya
sangat mendukung untuk pertumbuhannya. Di Indonesia pada tahun 2004 produksinya baru 11,225 juta ton, pada
2005 meningkat menjadi 12,52 juta ton. Dan prediksi untuk tahun 2006
diperkirakan 12,13 Juta ton.
Dalam mewujudkan suatu sistem pertanian yang terpadu,
bahwa perlunya peningkatan produksi agribinis jagung untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri dan apabila memungkinkan dengan kapasitas produksi yang besar
dapat membuka jaringan pasar ekspor Internasional. Apabila dilihat dari kondisi
lahan, iklim serta kapasitas produksinya Indonesia cukup mampu didalam
peningkatan agribisnis jagung untuk memenuhi permintaan daripada konsumen
domestik dan Internasional. Dalam hal ini bagaimana sttrategi dan pelaksanaan
pertanian yang digalakkan dengan integritas dan pemanfaatan lahan serta
budidaya dan pertumbuhannya. Menurut survey dan pencatatan USDA, Departemen
Pertanian, USA tahun 2005 stoknya masih 122,6 juta ton. Namun, sampai Oktober
2006 yang lalu tinggal 88,1 juta ton.
Menurut analisa bahwa produksi jagung dalam negeri
memang belum mampu mencukupi kebutuhan bahan baku industri pakan ternak, untuk
itulah dengan berbagai upaya dalam memenuhi permintaan konsumen agribisnis
jagung ini, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan swasembada jagung pada
2007, dengan target produksi 15 juta ton dikarenakan kebutuhan konsumsi dan
industri pakan ternak yang melonjak. Diharapkan dalam pencanangan swasembada
agribisnis jagung 2007 dapat berjalan dengan baik sesuai dengan mutu bibit
tanaman jagung yang berkualitas didalam pengembangannya. Dimana dengan
terbatasnya persediaan jagung dunia untuk ekspor dan meningkatnya permintaan
etanol baik di Amerika, China dan berbagai negara berpotensi menciptakan
ekspektasi kenaikan harga jagung di pasar dunia untuk beberapa tahun ke depan,
Indonesia diharapkan dapat mampu menangkap peluang pasar ini menjadi salah satu
acuan untuk mencari celah pasar kebutuhan konsumen di pasar dunia. (Berbagai
sumber terkait, vizbiz, data usda, etc, data diolah F. Hero K Purba)
No comments:
Post a Comment