Potensi produksi kakao mempunyai arti
yang strategis dan penting karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih
sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap. Volume
ekspor kakao selama tahun 2012 mencapai 11.484,02 ton. Ekspor ini meningkat 19,5% dari realisasi ekspor Oktober
tahun ini yang seberat 9.249,69 ton. Trend ekspor menanjak menjelang tutup
tahun, namun volume ekspor kakao sepanjang 2012 dipastikan lebih rendah
dibandingkan realisasi ekspor di 2011. Askindo mencatat, volume ekspor
komoditas ini selama Januari-November 2012 mencapai 124.128 ton. Sepanjang
tahun lalu, ekspor kakao mencapai 210.067 ton. Ekspor kakao untuk produk
downstream tiga yang merupakan produk akhir olahan kakao hanya US$ 74,9 juta
pada 2009, namun pada 2011 sudah mencapai US$ 209,3 juta. Tujuan
utama ekspor biji kakao antara lain Malaysia, Amerika, Singapura, Brazil dan
Cina yang mencakup 93,1 persen dari total ekspor kakao Indonesia. Permintaan
kakao dunia selama periode 2004-2008 menunjukkan peningkatan yang terlihat dari
laju pertumbuhan impornya sebesar 3,39 persen per tahun.Kenaikan
mencapai tiga kali lipat. Untuk produk downstream I atau produk intermediate
kakao dari nilai ekspornya US$ 250,4 juta pada 2009 naik menjadi US$ 518,9 juta
pada 2011. Ekspor kakao menunjukkan pergeseran dari dominasi biji kakao pada
2009 menjadi kakao olahan mulai 2011. Pada 2009, ekspor biji kakao mencapai 80% atau 439 ribu ton. Angka ini
menurun menjadi 70% atau 210 ribu ton pada 2011. (Berdasarkan data media
terkait, data diolah F. Hero K Purba).
Produksi kakao berkelanjutan berdampak signifikan pada
perekonomian negara-negara berkembang dan memberikan mata pencaharian bagi 40
sampai 50 juta orang di seluruh dunia. Tidak seperti industri agribisnis yang
lebih besar, sebagian besar masih berasal dari kakao pada keluarga-menjalankan peternakan
kecil yang memiliki akses terbatas ke sumber daya dan pasar terorganisir. Untuk
mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi produksi kakao dunia, aktor publik dan
sektor swasta semakin bermitra untuk mendedikasikan dana dan keahlian untuk
meningkatkan pertanian kakao yang berkelanjutan dan kondisi komersial negara
berkembang lokal. Dengan bantuan dari World Cocoa Foundation (WCF), upaya ini akan
diterjemahkan ke dalam kehidupan yang lebih baik di tingkat petani, peningkatan
sumber daya dan investasi di tingkat nasional, dan lingkungan, lebih aman lebih
aman bagi petani kecil yang memasok sebagian besar produksi kakao bagi konsumen
dunia..
Industri dalam negeri dapat meningkatan jatah biji
kakao. Tahun 2011, industri pengolahan mendapat kuota sekitar 207.000 ton.
Tahun depan, pasar domestik diberi jatah untuk menyerap 250.000 ton biji kakao
produksi nasional. Namun, alokasi jatah bahan baku itu tidak setara dengan
target produksi industri pengolahan sebesar 400.000 ton pada 2012. khasiat
coklat dari chocolate shop untuk kesehatan adalah sebagai antioksidan, antioksidan dalam coklat
untuk chocolate souvenir diperoleh dari biji kakao yang mengandung antioksidan flavonoid yang
berguna untuk menahan radikal bebas. Kandungan kakao (biji cokelat) lebih dari
70% juga memiliki manfaat untuk kesehatan, karena cokelat kaya akan kandungan
antioksidan yaitu fenol dan flavonoid. Dengan adanya antiosidan, akan
mampu untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh. Produksi kakao mempunyai
arti yang strategis dan penting karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih
sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap. Dalam pengembangan
potensi kakao ini hampir sekitar 80% dari
produksi kakao nasional di ekspor karena daya serap industri pengolahan dalam
negeri relatif rendah. sebagai penghasil/pengekspor kakao dunia, Indonesia
juga melakukan impor kakao baik dalam bentuk cocoa beans, whole or broken,
raw or roasted maupun chocolate and other food preparation containing
cocoa.
Proyeksi
lima tahun kedepan diperkirakan jumlah pabrik pengolahan kakao sebesar 16
(enam belas) unit usaha ditahun 2012 akan tumbuh menjadi 20 (dua puluh) unit
usaha ditahun 2015.Citra mutu kakao Indonesia
yang dikenal rendah serta rendahnya kapasitas industri pengolahan dapat
menghambat peningkatan daya saing kakao dan kakao olahan Indonesia.
No comments:
Post a Comment