Membangun perekonomian
suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah,
kita sudah sepakat bahwa pembangunan nasional harus mampu memanfaatkan sumber
daya yang kita miliki untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk mencapai tujuan tersebut pembangunan harus dapat
mewujudkan perekonomian yang terus mengalami pertumbuhan yang tercermin pada
peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. Perekonomian yang berjalan tanpa
pertumbuhan, atau dengan pertumbuhan tetapi hanya dinikmati oleh sekelompok
kecil masyarakat, dapat mengakibatkan memburuknya kesejahteraan masyarakat,
yang kemudian dapat memicu terjadinya kekacauan sosial. Pengembangan untuk
industrialisasi di bidang pertanian non-pangan masih sangat terbatas. Masalah
utama adalah pasokan input dari sektor pertanian primer masih sangat terbatas,
baik kualitas dan jumlah pasokan yang masih belum konsisten, kontinyuitas
pasokan, serta ketepatan waktu. Dengan
kebutuhan dan persyaratan industri semacam itu, sektor pertanian primer masih
belum dapat menyelaraskan dengan dinamika industri pengolahan.
Pengembangan
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan implementasi dari
konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development ) di sektor
pertanian. Konsep pembangunan berkelanjutan dimulai akhir tahun 1980 an sebagai
respon terhadap strategi pembangunan sebelumnya yang terfokus pada tujuan
pertumbuhan ekonomi tinggi yang terbukti telah menimbulkan degradasi kualitas
lingkungan hidup. Transformasi pembangunan dibidang pertanian kepada
pembangunan yang digerakkan oleh modal dan selanjutnya digerakkan oleh inovasi.
Sehingga melalui membangun agribisnis akan mampu mentransformasikan
perekonomian Indonesia dari berbasis pertanian dengan produk utama (Natural resources and unskill labor
intensive) kepada perekonomian berbasis industri dengan produk utama bersifat
Capital and skill Labor Intesif dan kepada perekonomian berbasis inovasi dengan
produk utama bersifat Innovation and skill labor intensive. Aktivitas
pengolahan hasil pertanian sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut
keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai
pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari
produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan,
pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri
baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah
pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar
domestik dan pasar luar negeri.
Keunggulan
kompetitif hasil olahan produk pertanian merupakan hasil interaksi dari tiga
tingkatan pasar yaitu pasar internasional dari produk, pasar domestik dari
produk, dan pasar sarana produksi. Dengan kata lain, keunggulan kompetitif
suatu komoditas pertanian, merupakan hasil resultan dari rantai agribisnis
secara vertikal mulai dari perolehan sarana produksi, usaha tani, pemasaran
domestik, dan pemasaran internasional. Menurut data pada tahun 2010 konsumsi
umbi-umbian secara nasional adalah
51,66 gram/kapita/hari, terdiri dari : Singkong: 35,32 gram/kapita/hari, Ubi jalar: 7,60
gram/kapita/hari,Kentang:5,59 gram/kapita/hari,
Sagu: 1,43 gram/kapita/hari, Umbi lainnya: 1,72 gram/kapita/hari. Permasalahan
terkait dengan upaya membangun usaha pengolahan diantaranya adalah: (a) Skala
usaha kecil dan tersebar, sehingga berdampak kepada tingginya inefisiensi
karena besarnya biaya pemasaran; (b) Masih rendahnya standar penanganan pasca
panen dan pengolahan; (c) Kinerja teknologi pengolahan dinilai belum mampu
menghasilkan produk olahan berdaya saing tinggi sesuai dengan tuntutan
kompetisi pasar yang semakin tinggi; (d) Mutu produk olahan dinilai masih
rendah, kuantitas rendah, dan adanya inkontinuitas produk. Penerapan teknologi pengolahan
hasil pertanian memang membutuhkan biaya yang cukup besar untuk membeli
alatnya. Pemerintah pun melakukan dukungan dengan dikeluarkannya kebijakan kredit perbankan. Diharapkan prospek kedepan
tidak hanya mimpi memperbaiki produk olahan yang berdaya saing dalam
meningkatkan pemasaran Domestik dan Pemasaran Internasional yang berdayasaing.(Berbagai
media terkait, data diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment