Komoditi
Kopi sudah menjadi tradisi secara turun-temurun di Kabupaten Manggarai,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. .Kabupaten Manggarai,
Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu sentra produksi kopi (Coffea sp)
terbesar di NTT. Komoditas ”mutiara hitam” ini juga menjadi gantungan hidup
umum masyarakat setempat sehingga mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka
sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Komoditas kopi juga menjadi salah
satu andalan ekspor hasil perkebunan. Kopi Manggarai menembus pasar
internasional dengan harga tinggi karena mutunya yang baik. Tujuan ekspor kopi
Indonesia di antaranya ke Amerika Serikat, Jerman, Australia, Jepang, juga
negara-negara di kawasan Timur Tengah. Kopi Manggarai Flores berbiji besar, warna berkilau, aroma
coklat yang kuat serta menyajikan rasa berat di lidah dengan tingkat keasamaan
yang tinggi. Dengan melihat potensi Petani yang hanya bisa
menjual kopi kulit merah kepada UPH, karena petani memiliki keterbatasan
fasilitas untuk mengelola kopi dan juga pemahaman terhadap standar operasional
pengolahan (SOP). Petani yang mengelola kopi ke dalam bentuk kopi biji (HS)
hanya bisa jual ke tengkulak dengan harga di bawah harga UPH. Masyarakat Flores khususnya
di Manggarai sedang memanen Kopi di kebun mereka. Bagi masyarakat Manggarai,
Kopi merupakan salah satu tanaman musiman andalan untuk meningkatkan taraf
perekonomian keluarga. Hasil penjualan kopi biasanya digunakan untuk mengongkos
anak-anak mereka yang sedang bersekolah atau kuliah.
Berdasarkan
data enam Kecamatan yang ada di Manggarai Timur,
semuanya memiliki lahan kopi, areal terluas ada di Kecamatan Poco Ranaka, yaitu
2.365,65 hektar jenis robusta dan 885 hektar kopi arabika. Kabupaten Manggarai,
menurut data dinas kehutanan dan perkebunan setempat, total areal kopi arabika
tahun 2012 seluas 2.767,63 hektar, dengan tingkat produktivitas 367,53 kilogram
per hektar. Tanaman kopi robusta seluas 4.261,65 hektar dengan produktivitas
353,89 kilogram per hektar. Sementara di Ngada yang total luas areal kebun
kopinya hanya sekitar 2.883 hektar dengan produksi 2.242 ton (2009) justru
tingkat produktivitasnya lebih tinggi, yaitu 777,80 kilogram per hektar.
(Sumber data: Data Media, BPS, data diolah F. Hero K Purba). Usaha kegiatan
pengembangan industri kopi dengan latar indikasi geografis sangat bermanfaat
bagi kelompok tani di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Manggarai untuk mempatenkan
produk suatu daerah yang nantinya juga sangat bermanfaat dalam suatu brand
image suatu daerah. Petani masih membutuhkan bantuan untuk mesin pengolahan
kopi dan bantuan penguatan modal. Petani juga perlu informasi untuk harga
pasaran kopi domestik dan luar negeri tentunya untuk menjaga kestabilan harga
dipasaran serta juga untuk lebih meningkatkan mutu kopi olahan yang dihasilkan.
Diharapkan potensi pengembangan kopi daerah ini dikembangkan dengan kerjasama
diberbagai pihak didalam pengembangannya. Dan dianjurkan kerjasama instasi
setempat terus membina petani / kelompok tani dan memanfaatkan semaksimal
mungkin demi kesejahteraan petani kopi.
No comments:
Post a Comment