Thursday, September 11, 2014

Potensi Kopi Manggarai, NTT dalam Prospek Pemasaran Lokal dan Ekspor




Komoditi Kopi sudah menjadi tradisi secara turun-temurun di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. .Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu sentra produksi kopi (Coffea sp) terbesar di NTT. Komoditas ”mutiara hitam” ini juga menjadi gantungan hidup umum masyarakat setempat sehingga mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Komoditas kopi juga menjadi salah satu andalan ekspor hasil perkebunan. Kopi Manggarai menembus pasar internasional dengan harga tinggi karena mutunya yang baik. Tujuan ekspor kopi Indonesia di antaranya ke Amerika Serikat, Jerman, Australia, Jepang, juga negara-negara di kawasan Timur Tengah. Kopi Manggarai Flores berbiji besar, warna berkilau, aroma coklat yang kuat serta menyajikan rasa berat di lidah dengan tingkat keasamaan yang tinggi. Dengan melihat potensi Petani yang hanya bisa menjual kopi kulit merah kepada UPH, karena petani memiliki keterbatasan fasilitas untuk mengelola kopi dan juga pemahaman terhadap standar operasional pengolahan (SOP). Petani yang mengelola kopi ke dalam bentuk kopi biji (HS) hanya bisa jual ke tengkulak dengan harga di bawah harga UPH. Masyarakat Flores khususnya di Manggarai sedang memanen Kopi di kebun mereka. Bagi masyarakat Manggarai, Kopi merupakan salah satu tanaman musiman andalan untuk meningkatkan taraf perekonomian keluarga. Hasil penjualan kopi biasanya digunakan untuk mengongkos anak-anak mereka yang sedang bersekolah atau kuliah.
Berdasarkan data enam Kecamatan yang ada di Manggarai Timur, semuanya memiliki lahan kopi, areal terluas ada di Kecamatan Poco Ranaka, yaitu 2.365,65 hektar jenis robusta dan 885 hektar kopi arabika. Kabupaten Manggarai, menurut data dinas kehutanan dan perkebunan setempat, total areal kopi arabika tahun 2012 seluas 2.767,63 hektar, dengan tingkat produktivitas 367,53 kilogram per hektar. Tanaman kopi robusta seluas 4.261,65 hektar dengan produktivitas 353,89 kilogram per hektar. Sementara di Ngada yang total luas areal kebun kopinya hanya sekitar 2.883 hektar dengan produksi 2.242 ton (2009) justru tingkat produktivitasnya lebih tinggi, yaitu 777,80 kilogram per hektar. (Sumber data: Data Media, BPS, data diolah F. Hero K Purba). Usaha kegiatan pengembangan industri kopi dengan latar indikasi geografis sangat bermanfaat bagi kelompok tani di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Manggarai untuk mempatenkan produk suatu daerah yang nantinya juga sangat bermanfaat dalam suatu brand image suatu daerah. Petani masih membutuhkan bantuan untuk mesin pengolahan kopi dan bantuan penguatan modal. Petani juga perlu informasi untuk harga pasaran kopi domestik dan luar negeri tentunya untuk menjaga kestabilan harga dipasaran serta juga untuk lebih meningkatkan mutu kopi olahan yang dihasilkan. Diharapkan potensi pengembangan kopi daerah ini dikembangkan dengan kerjasama diberbagai pihak didalam pengembangannya. Dan dianjurkan kerjasama instasi setempat terus membina petani / kelompok tani dan memanfaatkan semaksimal mungkin demi kesejahteraan petani kopi.

No comments: