Dari sisi prespektif kebangsaan, globalisasi menimbulkan kesadaran bahwa kita merupakan warga dari suatu masyarakat global dan mengambil manfaat darinya, namun disisi lain, makin tumbuh pula dorongan untuk tumbuh lebih melestarikan dan memperkuat jati diri bangsa dengan prinsip dari wirausaha. Menurut pepatah entrepreneurship are born not made, sehingga kewirausahaan dipandang bukan hal yang penting untuk dipelajari dan diajarkan. Namun dalam perkembangannya, nyata bahwa kewirausahaan ternyata bukan hanya bakat bawaan sejak lahir, atau bersifat praktek lapangan saja. Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang perlu dipelajari. Kemampuan seseorang dalam berwirausaha, dapat dimatangkan melalui proses pendidikan. Seseorang yang menjadi wirausahawan adalah mereka yang mengenal potensi dirinya dan belajar mengembangkan potensinya untuk menangkap peluang serta mengorganisir usahanya dalam mewujudkan cita-citanya.
Masyarakat tidak berdaya mengangkat ekonominya sendiri, membuka lapangan kerja baru merupakan realita yang sulit diciptakan. Masyarakat terdidik juga sangat tergantung pada kondisi ada lapangan kerja atau tidak. Masyarakat Indonesia secara umum memiliki mentalitas entrepreneurship rendah. Rendahnya mentalitas entrepreneurship ini tentu tidaklah tanpa alasan. Kolonial menanamkan kepada masyarakat Indonesia dengan tidak memberi kesempatan dalam dunia usaha. menjadi entrepreneur, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : a. Melakukan bisnis lebih sulit dibandingkan menjadi abdi dalem (karyawan) b. Resiko menjadi abdi dalem lebih rendah dibandingkan menjalani usaha (Tidak bisa mengelola bisnis). c. Pegawai negeri ada pensiun sebagai bekal jika sudah tua.
Perusahaan ditengah badai krisis saat ini pun tidak melupakan unsur-unsur kewirausahaan sebagai bentuk pemacu peningkatan layanan dan produktifitas.Beberapa hal yang mendorong dalam kewirausahaan antara lain:
Kewirausahaan Corporate : Jika suatu Perusahaan baik skala besar maupun yang kecil tentu ingin mengembangakan bentuk layanan dan jasanya, untuk mendorong hal tersebut maka perlu inovasi dalam mewujudkan hal tersebut. Berawal dari situlah perusahaan besar atau kecil menerapkan unsur-unsur kewirausahaan dibeberapa pelaku divisinya untuk lebih mendekatkan kepada suara, kebutuhan, permintaan konsumen. Dalam hal ini kewirausahaan ini memiliki arti kemampuan perusahaan untuk mengembangkan barang atau jasa baru dan mengelola proses inovasi
Penemuan / Innovation: Seperti contoh beberapa waktu lalu ditemukan beberapa perangkat dalam pengolahan hasil pertanian, mulai dari penggiling gabah pake mesin, kompor berbasis kompos. Penemuan ini merupakan unsur kewirausahaan dalam arti menciptakan produk yang bisa dikomersialkan dari hasil penemuan.
Inovasi Kewirausahaan: Di Propinsi DI Yogyakarta dan di Propinsi Bali pernah terdapat industri kaos yang unik yaitu Dagadu dan Jogger. Jogger lebih dahulu lahir, dengan konsep-konsep uniknya yang lucu, konyol dan gokil. Namun inovasi dalam hal ini bukan pada unsur proses produksinya tetapi lebih kepada value dari kaos, yang sekedar pelindung tubuh dan fashion menjadi hiburan dan humor. Jogger dengan permainan kata-kata umum, kalau Dagadu menumbuhkan kata-kata yang empirikal , tradisional dan Jawani (unsur budaya jawa). Kewirausahaan dari inovasi kaos menjadi bernilai seperti Dagadu dan Jogger adalah perwujudan dari nilai kewirausahaan dalam arti menciptakan atau mengembangkan produk atau proses ide baru.
Imitasi / Meniru
Negara Korea terkenal dengan meniru produk jepang pada awalnya baik oleh industri kecil atau industri tangan di korea, namun sekarang inovasi telah tumbuh dari konsep meniru untuk menghasilkan yang lebih baik dan berbeda. Begitu juga industri logam di Kota Tegal dan Klaten yang meniru produk logam plastic dll tumbuh dengan pesat. (Berbagai data sumber terkait, data diolah Frans Hero K. Purba).
Strategi Bisnis dan Kewirausahaan merupakan tantangan dan peluang untuk mencoba berkreasi menciptakan suatu produk / jasa untuk peluang pasar baru dalam peningkatan ide dan pengembangan dari seseorang. Seorang wirausaha harus memiliki karakter dasar yaitu adanya visi yang jauh kedepan yang menjadi dasar pendorong perubahan dan karena kemampuan mengkombinasikan berbagai sumberdaya untuk mendapatkan suatu yang baru.
Masyarakat tidak berdaya mengangkat ekonominya sendiri, membuka lapangan kerja baru merupakan realita yang sulit diciptakan. Masyarakat terdidik juga sangat tergantung pada kondisi ada lapangan kerja atau tidak. Masyarakat Indonesia secara umum memiliki mentalitas entrepreneurship rendah. Rendahnya mentalitas entrepreneurship ini tentu tidaklah tanpa alasan. Kolonial menanamkan kepada masyarakat Indonesia dengan tidak memberi kesempatan dalam dunia usaha. menjadi entrepreneur, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : a. Melakukan bisnis lebih sulit dibandingkan menjadi abdi dalem (karyawan) b. Resiko menjadi abdi dalem lebih rendah dibandingkan menjalani usaha (Tidak bisa mengelola bisnis). c. Pegawai negeri ada pensiun sebagai bekal jika sudah tua.
Perusahaan ditengah badai krisis saat ini pun tidak melupakan unsur-unsur kewirausahaan sebagai bentuk pemacu peningkatan layanan dan produktifitas.Beberapa hal yang mendorong dalam kewirausahaan antara lain:
Kewirausahaan Corporate : Jika suatu Perusahaan baik skala besar maupun yang kecil tentu ingin mengembangakan bentuk layanan dan jasanya, untuk mendorong hal tersebut maka perlu inovasi dalam mewujudkan hal tersebut. Berawal dari situlah perusahaan besar atau kecil menerapkan unsur-unsur kewirausahaan dibeberapa pelaku divisinya untuk lebih mendekatkan kepada suara, kebutuhan, permintaan konsumen. Dalam hal ini kewirausahaan ini memiliki arti kemampuan perusahaan untuk mengembangkan barang atau jasa baru dan mengelola proses inovasi
Penemuan / Innovation: Seperti contoh beberapa waktu lalu ditemukan beberapa perangkat dalam pengolahan hasil pertanian, mulai dari penggiling gabah pake mesin, kompor berbasis kompos. Penemuan ini merupakan unsur kewirausahaan dalam arti menciptakan produk yang bisa dikomersialkan dari hasil penemuan.
Inovasi Kewirausahaan: Di Propinsi DI Yogyakarta dan di Propinsi Bali pernah terdapat industri kaos yang unik yaitu Dagadu dan Jogger. Jogger lebih dahulu lahir, dengan konsep-konsep uniknya yang lucu, konyol dan gokil. Namun inovasi dalam hal ini bukan pada unsur proses produksinya tetapi lebih kepada value dari kaos, yang sekedar pelindung tubuh dan fashion menjadi hiburan dan humor. Jogger dengan permainan kata-kata umum, kalau Dagadu menumbuhkan kata-kata yang empirikal , tradisional dan Jawani (unsur budaya jawa). Kewirausahaan dari inovasi kaos menjadi bernilai seperti Dagadu dan Jogger adalah perwujudan dari nilai kewirausahaan dalam arti menciptakan atau mengembangkan produk atau proses ide baru.
Imitasi / Meniru
Negara Korea terkenal dengan meniru produk jepang pada awalnya baik oleh industri kecil atau industri tangan di korea, namun sekarang inovasi telah tumbuh dari konsep meniru untuk menghasilkan yang lebih baik dan berbeda. Begitu juga industri logam di Kota Tegal dan Klaten yang meniru produk logam plastic dll tumbuh dengan pesat. (Berbagai data sumber terkait, data diolah Frans Hero K. Purba).
Strategi Bisnis dan Kewirausahaan merupakan tantangan dan peluang untuk mencoba berkreasi menciptakan suatu produk / jasa untuk peluang pasar baru dalam peningkatan ide dan pengembangan dari seseorang. Seorang wirausaha harus memiliki karakter dasar yaitu adanya visi yang jauh kedepan yang menjadi dasar pendorong perubahan dan karena kemampuan mengkombinasikan berbagai sumberdaya untuk mendapatkan suatu yang baru.
No comments:
Post a Comment