Monday, December 14, 2009

ASEAN CHINA bagi Sektor Pertanian Indonesia dalam Free Trade Agremeent

Dalam Perkembangan perdagangan Indonesia-China mengalami pertumbuhan cukup signifikan dan penerapan Free Trade Agreement (FTA) Asean-China yang rencananya dilaksanakan awal 2010. Dalam perkembangannnya bahwa total ekspor Indonesia ke China tahun 2004 mencapai 4,6milyar USD dan sebesar 6,7 milyar USD pada tahun 2005, mengalami pertumbuhan 45%,sedangkan pada periode yang sama total impor Indonesia dari Cina tahun 2004 sebesar 4,1milyar USD meningkat menjadi 5,8 milyar USD,mengalami pertumbuhan 42%. Diinformasikan bahwa terdapat berbagai produk Indonesia yang diklasifikasikan kedalam Sensitive List, yang tingkat tarifnya dapat dipertahankan sebesar maksimal 20% pada tahun 2012 dan Highly Sensitive List yang tingkat tarifnya dapat dipertahankan sebesar maksimal 50% pada tahun 2015. Bukan hal mustahil suatu saat ASEAN-China menjadi lokasi perekonomian terbesar di dunia. Potensi itu akan meningkat dan berada di depan mata karena ASEAN-China berada di Asia yang memiliki Jepang, Korea Selatan dan India. Semua negara itu sedang mengarah pada pengintegrasian ekonomi yang juga sedang diupayakan. Jika bisa terwujud, dari segi perekonomian, Asia dengan sejumlah lokomotifnya akan mengambil alih posisi Amerika Utara dan UE dalam percaturan ekonomi global. Hal itu dinilai berpotensi untuk menjadikan Amerika Utara dan UE sebagai rekan yang setara dalam perundingan soal perdagangan.

Untuk perdagangan bebas AFTA setidaknya dari 928 pos tarif yang sebelumnya disepakati untuk dihapuskan tarif bea masuknya pada 1 Januari 2010, ada 784 pos tarif CEPT yang diminta untuk ditunda oleh beberapa sektor seperti kimia hulu dan hilir, logam, makanan minuman, mesin, tekstil. Terutama yang menonjol adalah peningkatan perdagangan di Cina, dimana terjadi peningkatan lebih dari 20% selama 6 tahun berturut-turut. Pada tahun 2007, mencapai nilai 1.218 triliun US Dollar (atau meningkat sebesar 25.7%), dimana hal tersebut pertama kali terjadi dengan nilai melebihi 1 triliun US Dollar. Dengan demikian Cina melampaui Amerika Serikat sebagai negara ekspor terbesar kedua setelah Jerman. Untuk negara China dan 10 negara ASEAN telah memfinalkan suatu kesepakatan untuk meliberalisasikan perdagangan antara kedua belah pihak. Dalam kerangka kerja kesepakatan ini, negara-negara ASEAN dan China mempunyai komitmen untuk mendirikan suatu wilayah perdagangan bebas (FTA) pada tahun 2010, yang artinya tarif terhadap semua barang yang masuk dalam kategori FTA ini akan dihilangkan. Yang menarik dari kesepakatan ini, adalah bahwa penurunan tarif untuk sejumlah produk pertanian yang diperdagangkan selama ini antara ASEAN dan China sudah mulai diturunkan dan akan dihapuskan sepenuhnya pada Januari 2006. Ini, yang disebut Early Harvest Program ("EHP"), adalah awal dari implementasi kesepakatan ASEAN-China FTA tersebut. Produk-produk pertanian yang masuk di dalam program ini adalah antara lain binatang hidup, daging, sayur-sayuran, ikan, dan buah-buahan. Yang terpenting siapkah Indonesia dalam kenyataan bahwa kapasitas sektor pertanian Indonesia untuk lebih baik lagi dipersiapkan dalam arena Free Trade Agreement tersebut.
(Berbagai sumber terkait BPS, DEP. Perdagangan, data diolah Frans Hero K. Purba)


No comments: