Wednesday, December 16, 2009

Perkembangan Pertumbuhan Dunia dalam organisasi World Trade Organizaton

Akhir dari suatu kebuntuan politik yang telah terhenti World Trade Organization's Doha Development Round selama lebih dari setahun. Dalam upaya untuk menyelesaikan beberapa isu yang mengarah pada runtuhnya perundingan bulan Hasilnya adalah sebuah komitmen untuk melanjutkan pembicaraan di Jenewa pada bulan September 2009 yang lalu.Di permukaan, hal ini tentunya kabar baik bagi semua anggota WTO. Lagi pula, setiap pembicaraan yang lebih baik daripada tidak ada perundingan. Tetapi apakah ada materi dapat dicapai ketika melanjutkan perundingan adalah pertanyaan yang berbeda. Jawabannya terletak pada kemampuan-pihak yang konflik perpecahan yang mendasar antara negara-negara berkembang dan garis pertempuran tetapi lebih bernuansa pada masalah-masalah individu untuk menangani masalah-masalah yang tampaknya tak dapat diatasi tahun lalu tanpa membiarkan perbedaan pendapat untuk memicu jatuhnya.
Seperti biasanya, kontroversi atas barang industri pertanian dan melihat ditetapkan untuk membentuk pusat dari pembicaraan kembali pada 14 September 2009. Negara-negara berkembang sudah lama-mengeluh pada terlalu-sikap proteksionis pertanian di negara maju, sementara yang terakhir telah masalah dengan kurangnya keterbukaan untuk barang-barang industri di negara-negara berkembang. (
Berbagai Sumber Media terkait bahan study, data collected processed By: Frans Hero K. Purba).
Seperti yang diduga sejak awal, Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-7 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang digelar di Jenewa, Swiss, berakhir tanpa kesepakatan. Menteri Perdagangan Chile Andres Velasco yang duduk sebagai ketua penyelenggara KTM itu hanya membacakan empat lembar kesimpulan rapat pleno dan diskusi yang berlangsung selama dua setengah hari (30 November-2 Desember). (sources: Sinar Harapan).
Kesimpulan hasil pertemuan tersebut, satu di antaranya, menyatakan, para menteri menegaskan kembali komitmen mereka untuk menyelesaikan perundingan putaran Doha dan mengharapkan adanya perubahan yang positif pada kuartal pertama 2010.Memang sepanjang sidang pleno berlangsung, pidato tiga menit setiap menteri memiliki tema yang sama yaitu menyatakan harapan akan adanya penyelesaian perundingan pada tahun depan. "Tidak ada yang bilang bahwa negosiasi dengan 153 negara akan cepat dan mudah tapi kita telah enunjukan bahwa ini bisa dilakukan. Ada banyak keinginan kuat dari anggota untuk maju terus dan jelas bahwa ini penting. Sebagai perwakilan Chile kami menyatakan antusias untuk maju terus," tutur Velasco. Direktur Jenderal WTO Pascal Lamy mengatakan, meski tidak ada negosiasi namun satu hal yang disepakati para anggota adalah keinginan bersama untuk menyelesaikan perundingan. Bahkan, kali ini negara berkembanglah yang terdengar sangat ingin perundingan segera dimulai kembali. "Semua menginginkan hal yang sama, untuk menyelesaikan perundingan. Jadi, semua pihak telah sepakat untuk melakukan itu," ujarnya. Menurut dia, selama KTM para menteri telah melakukan pertemuan bilateral untuk membahas perbedaan di antara mereka yang bisa berdampak positif pada proses perudingan. Dalam hal ini para anggota WTO sepakat akan dimulainya negosiasi pada awal tahun depan dan penyelesaikan perundingan sebelum akhir 2010, namun tampaknya belum ada yang mengubah tawaran masing-masing. Pascal Lamy mengatakan dalam negosiasi sektor pertanian yang utama adalah masalah subsidi pertanian dan kredit ekspor di negara maju. Kesepakatan terakhir yang tercatat adalah EU, AS, dan Jepang sepakat menurunkan subsidinya hingga 70-80 persen dari yang disepakati pada Putaran Uruguay. Negara negara maju masih berusaha mempertahankan pasar produk pertaniannya dengan memberikan subsidi pada petaninya, negara berkembang meminta adanya instrumen perlindungan perdagangan (Special Safeguard Mechanisme) sebagai alat untuk mencegah banjirnya impor dan anjloknya harga produk pertanian. lokal. Selama ini, pemberian subsidi pada petani di negara maju telah membuat harga produk pertanian dari negara maju lebih murah dari negara berkembang. Akibatnya, harga produk pertanian negara berkembang menjadi ikut tertekan. Dengan adanya sistem perdagangan bebas multilateral WTO, diharapkan para anggota akan bisa melakukan perdagangan yang adil.

No comments: