Persaingan Global dalam beberapa Negara memacu krisis yang sangat global dibeberapa Negara didalam menghadapi resesi perekonomian. Dari runtuhnya Lehman Brothers Corporation sampai gejolak yang sangat hebat juga hampir dialami oleh Dubai World Group, Uni Emirate Arab pada tahun 2009 ini. Secara histori dalam dunia bisnis pada saat menghadapi krisis 1998 yang lalu akhirnya memaksa banyak pperusahaan berinovasi untuk survive bakal terjadi lagi. Repotnya berbagai inovasi yang dullu efektiif di masa krisis seperti harga murah dan kemasan kecil,kini bisa tidak efektif di tengah krisis keuangan global karena konsumen Indonesia telah lama terbiasa dengan harga murah dan kemasan kecil. Apalagi di tambah dengan serbuan produk cina yang membuat kemasan kecil, fitur banyak dan harga murah,membuat room to maneuver jadi semakin terbatas.Inilah yang akan menjadikan lanskap bisnis di sejumlah industry akan lebih menjadi menantang. Dan dampak krisis keuanagan global ,seperti yang sebetulnya juga terjadi di Indonesia di tahun 1998 akan menjadi game changer.Semoga analisa berkut bisa menjadi masukan untuk melakukan penyesuaian perencanaan jangka pendek, menegah dan panjang,bagaimana mengeksekusinya dan melakukan perbaikan yang diperlukan. Begitu juga dengan Krisis keuangan yang dialami AS merupakan krisis terburuk dalam kurun waktu bepuluh-puluh tahun sejarah perekonomian kapitalis yang dianut Negeri Paman Sam itu. Ambruknya perekonomian AS, inikah pertanda akan berakhirnya sistem kapitalis dan mampukah AS menyelamatkan ekonomi negaranya? Sejumlah pakar dan analis ekonomi menyampaikan pernyataannya.
Dalam Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, di mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40). Perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi yang akan dihadapi bangsa Indonesia antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut: Produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Pemicu dan tantangan bagi negara-negara dunia dalam pemulihan ekonomi secara bertahap dan merealisasikan langkah yang pasti dalam sistem perekonomiannya. Manifestasi tantangan-tantangan tersebut antara lain beru¬pa munculnya gagasan tentang perdagangan bebas lintas negara di seluruh dunia, di mana telah melepaskan prinsip-prinsip trading kuno yang ditandai oleh munculnya korporasi-korporasi multinasional, berafiliasinya beberapa negara dalam sebuah organisasi ekonomi regional demi penguatan posisi tawar dalam percaturan ekonomi global (Uni Eropa, misal¬nya), memupusnya sekat-sekat geografis-politis yang tegas (deteritorisasi) dalam praktik-praktik interaksi sosial karena kemutakhiran teknologi (lahirnya gadget canggih dan koneksi internet dengan tingkat kecepatan tinggi, sehingga memapankan industri media), homogenisasi rancangan arsitektur bercorak Barat pada kota-kota besar di seluruh dunia, hingga industri pariwisata global yang memiliki efek diffusi (persebaran) kebudayaan serta meningkatnya konsumsi pada tataran global dan lokal sebagaimana disinggung Friedman (1994) dalam bukunya Cultural Identity and Global Process. (Other resources material, data processed by: Frans Hero K. Purba).
Dalam Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, di mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40). Perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi yang akan dihadapi bangsa Indonesia antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut: Produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Pemicu dan tantangan bagi negara-negara dunia dalam pemulihan ekonomi secara bertahap dan merealisasikan langkah yang pasti dalam sistem perekonomiannya. Manifestasi tantangan-tantangan tersebut antara lain beru¬pa munculnya gagasan tentang perdagangan bebas lintas negara di seluruh dunia, di mana telah melepaskan prinsip-prinsip trading kuno yang ditandai oleh munculnya korporasi-korporasi multinasional, berafiliasinya beberapa negara dalam sebuah organisasi ekonomi regional demi penguatan posisi tawar dalam percaturan ekonomi global (Uni Eropa, misal¬nya), memupusnya sekat-sekat geografis-politis yang tegas (deteritorisasi) dalam praktik-praktik interaksi sosial karena kemutakhiran teknologi (lahirnya gadget canggih dan koneksi internet dengan tingkat kecepatan tinggi, sehingga memapankan industri media), homogenisasi rancangan arsitektur bercorak Barat pada kota-kota besar di seluruh dunia, hingga industri pariwisata global yang memiliki efek diffusi (persebaran) kebudayaan serta meningkatnya konsumsi pada tataran global dan lokal sebagaimana disinggung Friedman (1994) dalam bukunya Cultural Identity and Global Process. (Other resources material, data processed by: Frans Hero K. Purba).
No comments:
Post a Comment