Wednesday, September 2, 2009

Strategi Ekonomi dalam Pengembangan Pembangunan Negara-negara Asia - Pasifik disaat Krisis

Pada saat sekarang ini semua negara di Asia Pasifik bermasalah dengan kesulitan dan tantangan akibat krisis ini. Hal ini berdampak dari imbas beberapa perusahaan dunia seperti Lehman Brothers Corp. dan perusahaan perusahan kaliber lainnya didunia. Dan sebagimana pemicu dari pergerakan bursa saham New York Stock Exchange, Nikkei, Hanseng, Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Singapore dan belahan pasar bursa dunia mengalami naik turunnya yang tidak stabil, hal ini juga dialami pada saat krisis multidimensional pada tahun 1997.

Dalam hal ini beberapa langkah internasional ekonomi untuk pengembangan nilai ekspor dan kepercayaan dalam analisa pasar modal dan investasi dibeberapa negara yakni: Pertama, orientasi internasional ekonomi Asia Pacifik dan membuat beberapa negara mampu mengeksploatasi peluang yang menguntungkan dari lingkungan ekonomi dunia dan menerobos keterbatasan dalam pasar domestik dan internasional. Pada saat krisis dunia Ekspor dipacu melalui kebijakan pajak dan kredit yang menguntungkan. Monitoring ekspor juga dilakukan untuk mencari peluang baru. Nilai tukar mata uang juga disesuaikan secara realistis. Yang Kedua, negara-negara ekonomi Asia memiliki memulai dengan cukup baik dalam modernisasi ekonomi selama periode sebelum perang. Ini terlihat dari kasus Jepang dimana tahun 1930-an memiliki basis industri yang cukup untuk menghadapi perang besar. Ketiga, Adanya konsensus politik dalam pembangunan ekonomi yang membenarkan perlunya pemerintahan yang kuat (strong government) dalam menentukan dan memandu pertumbuhan ekoomi. Gagasan pemerintahan yang kuat kadang-kadang diterjemahkan sebagai pemerintahan yang semi demokratik atau semi otoriter. Adanya pemerintah yang kuat ini menyebabkan dominasi pemerintah besar dalam menentukan target pembangunan tanpa harus mempertimbangkan kritik-kritik yang bermunculan dari berbagai kalangan. Keempat, tingkat stabilitas politik yang tinggi. Semua negara baru Asia Timur dan Asia Tenggara yang tumbuh dengan cepat diperintah oleh kekuatan politik poros tengah dan konservatif yang cenderung mau berdekatan dengan Barat. Kelima, Berdasarkan faktor budaya. Jepang, Korea dan negara industri baru dikatakan memiliki nilai-nilai Konf Hu Cu yang sama yang menekankan pada unsur kerja keras, menambung, disiplin, sekuler, kewirausahaan dan meningkatkan pendidikan. Nilai-nilai seperti itu memang tidak secara otomatis mendorong pertumbuhan ekonomi namun dianggap sebagai faktor kondusif dalam formulasi kebijakan di tingkat publik dan perilaku sederhana di sektor swasta yang mendorong pertumbuhan ekonomui. Meskipun negara- negara Asia- Pasifik telah dilanda krisis dan sebagian masih diterpa krisis namun jika faktor-faktor pendukung terhadap pertumbuhan ekonomi tetap eksis maka masih ada peluang untuk bangkit kembali. Krisis ekonomi dan moneter telah membuka dan membongkar kelemahan pertumbuhan ekonomi tinggi dalam tiga dekade ini. Krisis bisa dianggap sebagai peluang untuk mengobati berbagai kekurangan dalam pembangunan ekonomi. Namun demikian juga berpotensi sulit sembuh karena kompleksnya masalah ekonomi. Destinasi seputar Asia Pasifik kembali akan cemerlang sebagai solusi bagi para pelanggan yang terkena imbas krisis global.

Amerika Serikat yang merupakan mitra Asia Pasifik, mitra perdagangan penting bagi AS. Imbas dari resesi menyebabkan juga dampak bagi AS. Setidaknya harga minyak turun dan mengurangi tekanan inflasi.Dampak krisis global ini tidak sama terhadap negara-negara di Asia karena keadaan berbeda di masing-masing negara. (Mark Borthwick, Pacific Century: The Emergence of Modern Pacific Asia.Boulder, Tempo, data terkait, data diolah oleh Frans Hero K. Purba)

No comments: